LENSAISH.COM – Idul Fitri di tanah Banjar tidak hanya tentang salat Id dan bersilaturahmi. Ada tradisi unik bernama Bajarahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini. Bajarahan, secara harfiah berarti “menjarah”, yang artinya tradisi mengunjungi rumah-rumah tetangga dan kerabat untuk mencicipi hidangan khas Lebaran.Tradisi ini bukan sekadar makan-makan. Lebih dari itu, Bajarahan adalah wujud nyata dari nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan silaturahmi yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Banjar. Tradisi ini biasanya dilakukan pada hari pertama dan kedua Idul Fitri, setelah salat Id selesai.
Sejarah dan Makna Bajarahan
Sejarah Bajarahan tidak diketahui secara pasti. Namun, tradisi ini diyakini telah ada sejak lama dan diwariskan secara turun-temurun. Kata “jarah” dalam Bajarahan tidak memiliki konotasi negatif. Sebaliknya, kata ini justru mengandung makna keakraban dan kehangatan.
Bajarahan adalah simbol dari keterbukaan dan keramahtamahan masyarakat Banjar. Melalui tradisi ini, mereka menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT selama bulan Ramadan. Selain itu, Bajarahan juga menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan dan memperkuat hubungan sosial antarwarga yang telah turun-temurun di laksanakan oleh masyarakat Banjar, khususnya warga Pekapuran B laut, kecamatan Banjarmasin Tengah, kota Banjarmasin sejak tahun 1800 M.
Prosesi Bajarahan
Bajarahan biasanya dilakukan secara berkelompok, baik antar keluarga maupun antarwarga satu kampung. Mereka akan berjalan kaki dari rumah ke rumah, sambil bersalaman dan mengucapkan selamat Idul Fitri. Tuan rumah akan menyambut mereka dengan senyum ramah dan mempersilakan mereka untuk mencicipi hidangan yang telah disiapkan. Berbeda dengan open house, biasanya hanya untuk kalangan orang berada yang menjadi tuan rumah, bajarahan siapapun baik orang mampu ataupun tidak, bisa jadi tuan rumah. Biasanya berkumpul membentuk kelompok, lalu di pimpin oleh ketua RT untuk menunjuk jalan pada tuan rumah yang di tempati kegiatan bajarahan.
Hidangan yang disajikan dalam Bajarahan biasanya adalah hidangan khas Lebaran, seperti ketupat, opor ayam, soto Banjar, dan berbagai macam kue tradisional. Tidak jarang, tuan rumah juga menyiapkan hidangan khusus yang menjadi ciri khas keluarga mereka.
Nilai-nilai Luhur dalam Bajarahan
Bajarahan bukan sekadar tradisi biasa. Ada banyak nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, antara lain:
- Silaturahmi: Bajarahan adalah sarana untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga.
- Kebersamaan: Tradisi ini dilakukan secara berkelompok, yang mencerminkan semangat kebersamaan masyarakat Banjar.
- Gotong royong: Persiapan hidangan untuk Bajarahan biasanya dilakukan secara gotong royong oleh seluruh anggota keluarga.
- Keramahan: Masyarakat Banjar dikenal ramah dan terbuka. Bajarahan adalah salah satu wujud dari keramahan tersebut.
- Syukur: Bajarahan adalah ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT
Bajarahan di Era Modern
Di era modern, tradisi Bajarahan masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Banjar. Meskipun ada beberapa perubahan dalam pelaksanaannya, nilai-nilai luhur yang terkandung di tradisi bajarahan masyarakat Banjar tetap dipertahankan.
Beberapa perubahan yang terjadi antara lain:
- Penggunaan kendaraan bermotor untuk mengunjungi rumah-rumah yang jaraknya jauh.
- Penyajian hidangan yang lebih bervariasi, mengikuti perkembangan zaman.
- Penggunaan media sosial untuk menginformasikan jadwal Bajarahan.
Namun, meski demikian esensi dari Bajarahan tetap sama, yaitu mempererat tali silaturahmi dan merayakan Idul Fitri dengan penuh kebersamaan. Tradisi bajarahan merupakan Warisan Budaya yang Patut Dilestarikan dan sangat berharga bagi masyarakat Banjar.
Tradisi ini tidak hanya unik, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur yang patut dilestarikan. Meski para sesepuh sudah tiada, Hadirnya para penerus selalu melestarikan hingga sekarang. Melalui Bajarahan, masyarakat Banjar menunjukkan kepada dunia bahwa mereka adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan silaturahmi. Tradisi ini adalah identitas mereka, yang menjadi pembeda dari masyarakat lain.