LENSAISH.COM, SEMARANG – Ide, gagasan, argumentasi atau pendapat menjadi sarana pokok dalam mengungkapkan sesuatu. tak hanya melalui lisan, berpendapat dengan tulisan juga bukan hal yang mudah untuk dilakukan, sebab butuh keterampilan dalam menyampaikannya. Melalui kelas akademi riset dan penulisan, Griya Riset Indonesia (GRI) memberikan pelayanan berupa kelas opini yang dilaksanakan secara daring pada Sabtu, (23/10/2021).
Kegiatan ini dipandu oleh Afifatun Ni’mah (Aktivis Griya Riset Indonesia) dan menghadirkan trainer yang kompeten dalam bidang penulisan opini, Co-Founder of HeyLaw, Andi Tri Haryono. Turut hadir dalam diskusi, Pendiri dan Direktur Griya Riset Indonesia, Ma’as Shobirin dan Amrizarois Ismail.
Baca juga:
- KSM 2021 Integrasikan Sains dan Islam Siap Go International
- Amanat HSN 2021, Ketum PBNU Ajak Santri Refleksikan Kembali Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
Mega Indah Pratiwi (Pegiat Griya Riset Indonesia) turut memberi sambutan pada pertemuan ketiga kelas akademi riset dan penulisan ini. Ia menyampaikan bahwa lembaga baru (Griya Riset Indonesia) ini sudah memiliki 33 partner, sehingga ia berharap agar para peserta tetap menjalin hubungan yang baik dan bisa saling berkolaborasi di bidang riset dan penulisan.
Trainer Andi Tri Haryono mengawali diskusi dengan menjelaskan profil secara singkat tentang heyLaw dan buku yang dikarangnya. Kemudian, ia memaparkan hal mengenai pentingnya menulis. Ia mengutip kalimat dari Miguel de ‘Cerventes the pen is the tongue of the mind‘ (pena adalah lidah dari pikiran). Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa menulis harus diawali dengan membaca; membaca tulisan dan membaca fenomena.
Baca juga:
- Kejutan HSN 2021, Kemnaker Luncurkan Seribu Beasiswa Talenta Santri
- Peringatan HSN 2021 Banyak Diwarnai Kegiatan Akademik
Ia mendefinisikan bahwa opini merupakan jenis tulisan yang berisi gagasan, ulasan, atau kritik terhadap persoalan yang berkembang di masyarakat dan ditulis dengan bahasa ilmiah populer. Opini bisa disampaikan dengan bentuk penulisan berupa narasi, eksposisi, deskripsi dan argumentasi.
“Menulis opini juga harus disertai data, cara mendapatkan data bisa dari kutipan pakar, dari referensi tulisan sebelumnya yang temanya sama, atau bisa dengan melakukan riset sendiri dengan melakukan wawancara atau obeservasi. Karena menulis opini tanpa data sama seperti pohon tanpa akar, akan mudah ditumbangkan.” jelas Pendiri Pendekarsiber itu.
Pria kelahiran Tegal itu juga memberikan tips menulis di media massa. Menulis di media massa harus memperhatikan topik aktual, arah media, jumlah kata, kejutan argumen atau terdapat kebaruan (kontroversial-solutif), referensi jelas, efisiensi dan efektifitas paragraf, dan judul yang menarik.
“Menuliskan opini jangan hanya berisi kritik yang kontroversional, tapi juga harus memberikan problem solving (pemecahan masalah).” jelasnya.
Ia mengakhiri penjelasan dengan memberikan contoh-contoh tulisannya yang di muat di media massa. (LA/AN)