Bias Kognitif di Kalangan Pelajar: Tantangan Baru Pendidikan Masa Kini

LENSAISH.COM – Dunia pendidikan saat ini menghadapi tantangan besar. Informasi yang melimpah telah menciptakan standar-standar baru bagi pelajar dalam menentukan apa yang ingin mereka capai. Namun, di balik kemudahan akses informasi, muncul fenomena yang memengaruhi daya kognitif (kemampuan berpikir) siswa. Kondisi ini sering kali menyebabkan kesalahan berpikir dalam memproses informasi, yang dikenal sebagai bias kognitif.

Jika ditanya, “Bukankah pelajar seharusnya mendapatkan banyak informasi di sekolah?” Jawabannya tentu saja, “Ya.” Namun, mengapa banyak siswa justru terjerat dalam perilaku negatif seperti perundungan, tren seragam crop top, hingga tindakan kriminal? Jawaban yang paling relevan adalah, perilaku ini sering kali menjadi cara mereka menunjukkan eksistensinya, baik di lingkungan sosial maupun dunia maya.

Fenomena ini, menurut penulis, adalah salah satu bentuk bias kognitif di kalangan pelajar. Idealnya, siswa menunjukkan eksistensi melalui prestasi belajar. Namun, saat ini banyak pelajar tidak lagi khawatir dicemooh karena nilai buruk atau dianggap “nakal.” Pikiran mereka berkata, “Tak masalah, yang penting aku populer di pergaulan dan bebas berekspresi.”

Baca Juga  Pentingnya Membaca dan Menulis, Zudi Setiawan Bagikan Tips Menulis Resensi Buku

Untuk memahami fenomena ini lebih mendalam, kita perlu mengenal konsep bias kognitif dan bagaimana hal itu memengaruhi siswa.

Apa Itu Bias Kognitif?

Secara sederhana, bias kognitif adalah penyimpangan dalam cara berpikir seseorang, yang disebabkan oleh pengalaman, keyakinan, atau prasangka individu maupun kelompok. Hal ini memengaruhi cara seseorang mengambil keputusan atau membuat penilaian, termasuk di lingkungan sekolah.

Berikut adalah dua bentuk bias kognitif yang sering ditemukan di kalangan pelajar:

  1. Confirmation Bias (Bias Konfirmasi)

Bias ini menggambarkan kecenderungan seseorang untuk hanya mempercayai informasi yang sesuai dengan keyakinannya. Siswa yang terjebak dalam confirmation bias sering kali mengabaikan fakta lain yang bertentangan dengan pendapat mereka.

Baca Juga  Produktif Ketika Terdesak, Begini Problem Solving Ala Deadliner

Contohnya adalah ketika siswa salah menafsirkan konsep “kebebasan berekspresi.” Mereka menganggap kebebasan berekspresi sebagai hak absolut untuk melakukan apa saja, termasuk tindakan yang melanggar aturan. Ketika guru menegur, mereka merasa kebebasan mereka dilanggar, tanpa memahami bahwa kebebasan tersebut tetap harus dibatasi oleh norma dan aturan.

  1. Bandwagon Effect (Efek Ikut-Ikutan)

Bias ini menunjukkan bahwa keyakinan atau perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Di sekolah, bandwagon effect sering terlihat ketika siswa melanggar aturan demi mendapatkan pengakuan dari teman sebayanya.

Contohnya adalah siswa yang merokok, memakai aksesoris berlebihan, atau sengaja melanggar aturan seperti memanjangkan rambut. Ketika ditegur, mereka menggunakan berbagai argumen untuk membela diri, seperti, “Kenapa rambut panjang dilarang? Toh, tidak mengganggu pelajaran.”

Baca Juga  Simak! 5 Tips Belajar Daring dengan Efektif dan Tenang

Mengatasi Bias Kognitif di Kalangan Pelajar

Fenomena bias kognitif memang tidak bisa dihindari, tetapi dapat diminimalkan melalui pendidikan yang tepat. Guru dan orang tua perlu memperhatikan bagaimana siswa menerima, menafsirkan, dan mengaplikasikan informasi dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter yang menanamkan nilai-nilai etika, kritis, dan tanggung jawab perlu menjadi fokus utama. Dengan begitu, pelajar tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki pola pikir yang sehat dalam menghadapi informasi dan tantangan sosial.

Bias kognitif adalah tantangan baru dalam dunia pendidikan yang perlu mendapat perhatian serius. Memahami dan mengatasi bias ini adalah langkah penting untuk membangun generasi pelajar yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijak dalam berpikir dan bertindak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *