oleh

Buat Yang Merasa Minder, Kalian Harus Baca Ini!

LENSAISH.COM – Sistem pendidikan perkuliahan sangat berbeda dengan SMA dan SMP.

Di SMA dan SMP, siswa akan dijelaskan secara panjang lebar oleh guru.

Sedangkan di perkuliahan, mahasiswa dituntut untuk memahami sendiri hampir seluruh matakuliah.

Dosen hanya akan mengawasi dan memberi saran maupun kritik untuk membenahi dan meluruskan pemahaman para mahasiswa.

Oleh karena perbedaan sistem pembelajaran inilah, banyak mahasiswa baru yang terkena culture shock.

Sebenarnya, apa itu culture shock?, Seberapa vital pengaruhnya kepada kita?, dan Bagaimana cara mengatasinya?

Dikutip dari laman Binus University, gegara budaya atau culture shock merupakan istilah untuk menggambarkan perasaan terkejut, gelisah dan keliru yang dirasakan ketika seseorang bersentuhan dengan kebudayaan yang sama sekali berlainan.

Baca juga:

Perasaan ini timbul akibat adanya perbedaan dan kesukaran dalam beradaptasi dengan budaya baru.

Gegara budaya dapat mencakup aspek di kehidupan sehari-hari seperti makanan, cara berpakaian, harga barang, dan lain-lain. Semakin berbeda budayanya, semakin parah efek yang ditimbulkan.

Dilansir dari laman STIKFAMIKA, culture shock adalah untuk menggambarkan ketika seseorang menghadapi lingkungan yang tidak normal.

Baca Juga  Nahdliyin Kehilangan NU nya

Hal ini harus diantisipasi, karena hanya akan menimbulkan masalah baru jika semangat kita luntur di awal kuliah.

Mulai dari tidak semangat belajar, merasa kuliah tidak berguna atau bahkan berdampak pada kesehatan fisik dan mental.

Menurut laman tirto.id, culture shock tidak muncul begitu saja, terdapat beberapa faktor yang akhirnya memicu perasaan ini, di antaranya: iklim, bahasa, perilaku sosial, aturan dalam masyarakat, nilai sosial, dan permasalahan dalam hubungan.

Baca juga:

Saat mengalami culture shock, seseorang akan mengalami beberapa gejala, antara lain: perasaan bosan, penarikan diri, merasa terisolasi dan tidak berdaya, banyak tidur dan mudah lelah, merasa mudah terganggu dan frustasi, merasakan nyeri pada tubuh dan terlalu mengkritik adat istiadat setempat atau cara melakukan sesuatu.

Culture shock biasanya terjadi dengan lima tahapan;

  1. The Honeymoon Stage

Seseorang akan merasa sangat positif, ingin tahu dan mengantisipasi pengalaman baru yang menarik. Bahkan ia merasa bahwa budaya di daerah tersebut ideal untuknya.

Baca Juga  Cara Mengontrol Pikiran Agar Kamu Bahagia
  1. Irritability and Hostility

Seseorang merasa kebingungan dan frustasi.

  1. Gradual Adjustment

Pada tahap ini, seseorang merasa tenang dan mengembangkan pandangan yang lebih seimbang. Serta objek tentang pengalaman baru yang dimiliki.

  1. Adaptation of Biculturalism

Tahap ini membuat seseorang merasakan rasa memiliki dan kepekaan baru terhadap budaya daerah tersebut.

  1. Re-entry Shock

Tahap ini membuat seseorang merasakan hal yang tidak diharapkan saat kembali ke rumah.

Keadaan ini tidak bisa dihindari, kecuali dengan mmempersiapkannya jauh-jauh hari sebelum masuk ke lingkungan baru.

Baca juga:

Itupun masih tidak menutup kemungkinan bisa sepenuhnya terhindar dari culture shock.

Meskipun sulit untuk dijalani, ada berapa cara mudah dalam menghadapi culture shock ini;

  1. Menyadari status sebagai mahasiswa.

Ketika sudah menyadari dan menerima status sebagai seorang mahasiswa, “maha”-nya siswa, maka akan menyadari status dalam dunia pendidikan dan masyarakat yang tak lagi di posisi rendah.

  1. Bersifat terbuka

Selalu menerima pendapat, sikap dan tanggapan orang lain.

Sifat terbuka membuat lebih mudah menerima perbedaan.

Baca Juga  Yuk! Bahas "Cinta" Bareng Para Tokoh

Sifat terbuka menjadikan lebih bisa menerima segala hal walaupun tidak selaras.

  1. Jangan dilawan

Jangan melawan adat dan budaya yang ada.

Lebih baik beradaptasi dan menciptakan kenyamanan sendiri, daripada melawan adat yang secara otomatis membuat orang di sekitar merasa aneh atau justru memusuhi.

Baca juga:

  1. Aktif dan bertanya

Bertanya dan membangun relasi tentang kepribadian masing-masing.

Perkuliahan daring yang kemungkinan masih panjang akan sangat butuh kerja sama kedepannya.

Mengetahui timbal balik dan jenis respon teman sekelas akan membantumu menentukan partner yang tepat.

  1. Menjelajah

Hal ini sangat berguna, terutama bagi mahasiswa rantau yang sama sekali tidak tahu lingkungan kampus dan sekitarnya.

Mulai menjelajah komplek tempat tinggal, sangat disarankan.

Setidaknya mengetahui budaya hingga tempat makan yang cocok.

  1. Tetap merangkul budaya lama

Hanya karena berada di lingkungan baru, budaya lama tempat asal bukan berarti ditinggalkan.

Hal ini bisa menjadi sarana pelestarian dan pengenalan budaya. Apalagi jika merasa budaya lama mulai dilupakan.

  • Penulis: Fatih Naja Kariem
  • Editor: M. Fikri Ainul Hana

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *