oleh

Buat Yang Selalu Merasa Superior, Kalian Harus Baca Ini!

LENSAISH.COM – Laki-laki diajarkan menjadi kuat dan pemberani sejak kecil. Sehingga tidak boleh lemah seperti perempuan yang selalu mendapatkan asumsi memiliki sifat lemah lembut dan hanya boleh melakukan aktivitas di rumah.

Hal tersebut justru menjadi stereotip (pelabelan) pada keduanya. Sehingga timbul kekerasan yang merupakan contoh dari toxic masculinity.

Toxic adalah istilah untuk orang yang memiliki sifat suka menyusahkan dan merugikan orang lain, baik itu secara fisik maupun emosional.

Sedangkan masculinity adalah penampilan yang berkaitan dengan laki-laki.

Baca juga:

Toxic maskulinity dapat didefinisikan sebagai perilaku yang terkait gender dan sifat ke-laki-lakian.

Sikap toxic masculinity juga biasanya tampak melalui beberapa ciri berikut:

Baca Juga  Hari Santri dan Sejarah Resolusi Jihad NU 22 Oktober
  1. Laki-laki tidak boleh cengeng dan mudah mengeluh.

Anggapan seperti itu membuat laki-laki terkekang dengan dirinya sendiri. Setiap kali ingin mengeluh dan menangis pasti memerlukan pemikiran yang berlipat ganda.

Berbeda dengan perempuan yang terkenal dengan anggapan mudah mengeluh dan gampang menangis, meski terkait hal kecil.

Why? Tuhan menciptakan manusia sama rata, memiliki perasaan ingin mengeluh dan menangis pasti ada. So, mengeluh dan menangislah dengan cara dan bersama orang tepat.

  1. Mendahulukan emosi daripada perasaan

Ketika tidak melakukannya, akan dianggap seperti perempuan yang suka mendahulukan perasaan.

Baca juga:

Ingat! melampiaskan amarah dengan kekerasan akan menambah masalah yang baru. Lebih baik dibicarakan secara terbuka. And that tidak akan mengurangi sifat maskulinitasmu kok.

Baca Juga  Gelar International Webinar, Indonesian Millennial Friends bersama Arraj Community Berharap Kontribusi Nyata Anak Muda
  1. Enggan melakukan pekerjaan rumah

Pekerjaan rumah justru lebih berat daripada bekerja mencari nafkah. Right?. Apalagi ditambah kewajiban perempuan yang harus “melayani” suaminya.

Pekerjaan rumah seperti memasak, beres-beres, mengasuh anak dianggap sebagai aktivitas yang harus dilakukan perempuan.

Laki-laki sebagai kepala keluarga “hanya” memiliki tanggungjawab bekerja.

Hey!, She is yourlife. Are you want to look her tired?. Let’s doing together!.

Bahaya toxic masculinity

Toxic masculinity sebabkan laki-laki merasa superior atas perempuan, sulit mengenali diri sendiri, hingga tingkatkan hormon stress dan depresi.

Efek tersebut memunculkan konflik dalam diri laki-laki dan lingkunganya.

  • Penulis: Dyah Nurmaya Sari

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *