oleh

Fakta Menarik “Singa Cirebon” di Balik Perjalanan Pertempuran 10 November

LENSAISH.COM Pada 10 November 1945, kita tahu bahwa perang terjadi di Surabaya. Peperangan yang dinahkodai oleh K.H. Abbas bin Abdul Jamil, Singa Cirebon itu menjadi sejarah yang patut kita ketahui. Kehebatan yang dimiliki Kiai Abbas membuat Belanda pada saat itu kewalahan.

Kita tahu bahwa Kiai Abbas memiliki karamah yang dapat merubah sebutir pasir menjadi bom, atau membuat sebatang lidi menjadi meriam perang. Dalam sejarah peperangan tersebut, semestinya ada satu dua hal yang masih belum kita ketahui.

Seperti di saat perjalanan Kiai Abbas untuk memenuhi panggilan dari K.H. Hasyim Asy’ari. Sebenarnya, Kiai Abbas menerima panggilan tersebut pada tanggal 8 November. Namun karena Kiai Abbas mengetahui jika masih ada pasukan Inggris pada waktu itu, dan dapat dimungkinkan Belanda meminta bantuan dari Inggris.

Baca Juga  Mahasiswa dan Skill Abad 21: Menyongsong Bonus Demografi dalam Bayang-Bayang Digitalisasi

Kiai Abbas menunda keberangkatan. Baru pada tanggal 10 November, ketika pasukan Inggris sudah pergi, Kiai Abbas berangkat bersama pasukannya yang tergabung dalam gerakan Pasukan Gerilya Tempur (PGT).

Baca Juga:

Pasukan yang dijuluki sebagai pasukan berani mati tersebut beranggotakan tujuh orang, salah satunya adalah Kiai Khannan. Adapun tugas dari PGT sendiri adalah mengambil senjata milik Belanda, untuk digunakan berperang. Kiai Khannan sendiri yang merupakan anggota PGT gugur diberondong peluru oleh Belanda di desa Cimenenteng.

Ketika di perjalanan, Kiai Abbas dan pasukan memiliki siasat unik untuk membuat Belanda bingung. Mereka mengklabui pesawat tempur Belanda dengan melambai-lambai dari bawah. Mereka akan memasang jebakan tersebut di satu-satunya jalan yang dapat dilalui Belanda.

Baca Juga  Buat Cowok, Jangan Malu Pakai Warna Pink!

Pasukan Belanda yang melihat ada objek musuh seketika langsung mengebom dengan meriam perangnya. Hal itu membuat jalan satu-satunya hancur dan harus diperbaiki dahulu.

Siasat ini dapat memperlambat pergerakan Belanda ketika berperang. Mereka harus memperbaiki dahulu jalan satu-satunya yang dapat mereka lewati, agar dapat melanjutkan peperangan.

Baca Juga:

Pasukan Kiai Abbas tidak semuanya ikut bersamanya. Ada beberapa orang yang ditugaskan berjalan menuju medan peperangan. Mereka berjalan dari Gunung Ciremai Cirebon sampai Gunung Cupu Bandung. Banyak hal yang mereka temui ketika di perjalanan, seperti bertemu dengan hewan buas, dan mendapat sambutan dari masyarakat.

Baca Juga  Kuliah Alternatif Griya Peradaban Sesi 5 Hadirkan CEO Aish Media Group dan Pengelola Ponpes Ar Risalah Ciamis

Mereka juga memakai simbol bendera Janur Kuning. Para tentara Indonesia yang sudah mengetahui simbol tersebut langsung menyambut mereka. ketika sampai di Desa Walahar, Walaherang, mereka juga disambut oleh anak buah Kiai Busyrol Karim, sama halnya ketika mereka sampai di Garut.

Mang Tamami, yang merupakan pemimpin pasukan Garut pada waktu itu, juga menyambut mereka dengan hangat. Sampai akhirnya mereka sampai di arena peperangan dan bertemu dengan Kiai Abbas.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *