Frugal Living di Tengah Konsumerisme Digital

LENSAISH.COM – Di tengah derasnya arus konsumerisme digital, gaya hidup frugal living seolah menjadi sebuah solusi yang membawa angin segar untuk mengatasi pola hidup konsumtif yang berlebihan. Kemudahan teknologi dan pengaruh para influencer kerap mendorong siapa pun untuk membeli barang secara inpulsif tanpa mempertimbangkan nilai guna dari barang tersebut.

Hampir sepertiga penduduk Indonesia tergolong boros, dengan sebagian besar pendapatan mereka dihabiskan tanpa rencana keuangan yang jelas.Maka dari itu, frugal living menekankan pentingnya kebijaksanaan dalam pengelolaan keuangan dan memprioritaskan kebutuhan sambil tetap mengutamakan nilai dari setiap pengeluaran. Konsep ini mendorong individu untuk hidup sesuai kemampuan guna menghindari hutang serta konsumsi berlebihan.

Gaya Hidup Berbasis Nilai, Bukan Biaya

Sederhananya, frugal living adalah gaya hidup hemat, secukupnya, dan berkualitas. Meski mirip dalam kesederhanaannya, frugal living dan hidup pas-pasan adalah dua hal yang berbeda. Hidup pas-pasan lebih pada keterbatasan sumber daya, sedangkan frugal living adalah suatu pilihan sadar untuk menahan diri dan membatasi pengeluaran meskipun mampu untuk membeli lebih dan hanya berfokus untuk mendapatkan value terbaik dari setiap pengeluaran. Filosofinya adalah ”I Can, but I Chose Not To”.

Bukan sekedar hidup hemat, melainkan sebuah strategi yang berpotensi mendukung pencapaian kebebasan finansial yang diidam-idamkan setiap orang. Dengan menerapkan frugal living, seseorang dapat menyisihkan dana untuk investasi jangka panjang, tabungan darurat, dan kebutuhan masa depan tanpa terbebani oleh masalah hutang piutang. Gaya hidup ini menuntut adanya perubahan pola pikir dari sekadar ”menikmati masa sekarang” menjadi ”menjaga kestabilan keuangan untuk masa depan”.

Baca Juga  Bingung Mau Ngapain, Begini Saran Untuk Fresh Graduate

Contoh gaya hidup frugal living antara lain: membeli botol minum berkualitas agar tidak perlu membeli air kemasan setiap hari, menggunakan transportasi umum sebagai pengganti transportasi pribadi untuk menghemat biaya, serta membawa bekal buatan sendiri daripada memesan makanan dari luar setiap hari. Dilihat dari berbagai contoh tersebut, terlihat bahwa gaya hidup furgal living tidak hanya membantu menekan pengeluaran yang tidak perlu, tetapi juga memiliki manfaat bagi lingkungan dan kesehatan pribadi.

Tantangan Konsumerisme Digital

Meskipun gaya hidup frugal living sedang menjadi tren yang populer saat ini, salah satu alasannya adalah dikarenakan meningkatnya kesadaran masyarakat akan dampak negatif dari konsumerisme berlebihan. Namun, bagi sebagian orang, terutama generasi muda di Indonesia yang dikenal sebagai generasi “digital” menerapkan frugal living masih menjadi tantangan tersendiri.

Di satu sisi, generasi ini memahami pentingnya pengelolaan keuangan yang bijak. Namun, di sisi lain, mereka dihadapkan pada tekanan sosial dan dorongan dari media sosial yang mendorong gaya hidup konsumtif. Tantangan ini diperparah dengan kemudahan transaksi digital, mulai dari e-commerce hingga sistem pembayaran instan, yang semakin memudahkan perilaku konsumtif.

Baca Juga  Korelasi Antara Doa dan Cinta dalam Sebuah Hubungan

Menurut penulis, tantangan utama dalam menerapkan frugal living di Indonesia terletak pada pengaruh konsumerisme digital. Kehadiran influencer yang kerap memamerkan gaya hidup mewah, tren yang memicu perasaan FOMO (Fear of Missing Out), serta iklan dan promosi yang terarah melalui media sosial dan platform e-commerce mendorong seseorang untuk berbelanja lebih banyak tanpa mempertimbangkan nilai atau kebutuhan sebenarnya dari barang yang dibeli.

Algoritma periklanan zaman sekarang juga memperkuat perilaku konsumtif ini. Sering kali, setelah kita mencari suatu produk di platform e-commerce, iklan untuk produk tersebut terus muncul di aplikasi lain, terutama di media sosial seperti Instagram, Facebook dan Twitter. Fenomena ini menunjukkan bagaimana algoritma dibuat untuk mempengaruhi preferensi pengguna dan mendorong mereka untuk melakukan pembelian, meskipun mungkin hal tersebut bukan suatu kebutuhan.

Dengan strategi ini, perusahaan memanfaatkan celah psikologis untuk mempermainkan ”suatu keinginan yang diciptakan”, yaitu kebutuhan semu yang muncul karena paparan berulang terhadap suatu produk atau gaya hidup tertentu. Hal ini menggerus daya tahan seseorang untuk menahan diri dari perilaku konsumtif dan dapat mengakibatkan pola konsumsi yang impulsif. Akibatnya, meski masyarakat semakin sadar akan pentingnya hidup sesuai dengan kemampuan, lingkungan digital justru membuat mereka sulit untuk menghindari jebakan konsumtif.

Baca Juga  Menemukan Harmoni: Pentingnya Healing bagi Gen Z di Era Digital

Untuk menghadapi tantangan ini, individu yang ingin menerapkan gaya hidup frugal living perlu mengadopsi strategi yang lebih proaktif dalam mengelola eksposur mereka terhadap pengaruh digital.

Prioritas dalam Pengeluaran: Frugal Living dalam Batasan Sehat

Meskipun frugal living itu merupakan suatu hal yang positif, hamun harus tetap ada batasan didalamnya. Beberapa orang menerapkan frugal living hingga titik ekstrim yang akhirnya membuat mereka mengorbankan kenyamanan dan kualitas hidupnya sendiri atau bahkan merugikan orang lain. Frugal living yang sehat bukan sekedar memangkas biaya hidup tanpa pandang bulu. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan pengeluaran sesuai dengan kebutuhan dan nilai, bukan mengorbankan segala hal demi menghemat.

Misalnya, mengurangi pengeluaran pada aspek-aspek kesehatan atau kenyamanan bukanlah bagian dari prinsip frugal yang bijaksana. Memotong anggaran tanpa pertimbangan yang rasional hanya akan menciptakan ketegangan dan tekanan gaya hidup yang kaku. frugal living bukan menunda-nunda pengeluaran selamanya, melainkan memahami dengan bijak kapan perlu mengeluarkan dana dan kapan perlu berhemat. Dalam hal ini, keseimbangan dan kesadaran diri adalah kunci utama. Menerapkan frugal living dengan bijak berarti memiliki kontrol atas keuangan tanpa kehilangan kebahagiaan dan kualitas hidup.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *