LENSAISH.COM – Gerhana merupakan fenomena astronomis yang beredar dengan kedudukan dan garis orbit yang sangat teratur. Sebuah peristiwa alam menakjubkan, tertib dan harmonis yang semakin menunjukkan bahwa semesta ini berada di bawah kendali Sang Khaliq.
Kita tentu mengimani bahwa keberadaan alam semesta beserta segenap isinya adalah salah satu bukti kemahakuasaan Allah subhanahu wa ta’ala. Mulai dari skala makrokosmos hingga mikrokosmos. Struktur skala makro alam semesta tercermin melalui galaksi, gugusan bintang-gemintang hingga sistem keplanetan atau tata surya.
Semuanya berukuran sangat besar namun sangat jauh sehingga banyak yang hanya bisa dilihat melalui teleskop-teleskop raksasa berteknologi tercanggih pada saat ini. Berkas cahaya yang mereka pancarkan membutuhkan waktu ratusan ribu, jutaan, ratusan juta, dan bahkan ada yang sampai bermiliar tahun untuk tiba di Bumi. Padahal seberkas cahaya mampu menempuh jarak 300.000 kilometer dalam setiap detiknya.
Baca juga:
Demikian pula struktur skala mikro alam semesta yang meliputi proton, elektron, atom, proton, molekul hingga benda-benda renik lainnya. Termasuk virus, yang sedang merebak di sekitar kita akhir-akhir ini sebagai wabah penyakit Covid-19 yang telah menjadi pandemi di segenap penjuru Bumi.
Kita tak bisa menyaksikan langsung sebuah virus, karena ukurannya jauh lebih kecil dari ketebalan sehelai rambut. Membutuhkan mikroskop khusus yang dinamakan mikroskop elektron untuk melihatnya. Namun gejala-gejala yang ditimbulkannya dapat dirasakan terutama pada saudara-saudara kita yang telah terjangkiti penyakit ini.
Semuanya adalah makhluk Allah dan tak satu pun yang lepas dari sunnatullah. Inilah makna Allah sebagai Rabbul ‘alamin, pemilik sekaligus penguasa dari seluruh keberadaan; al-Khaliqu kullasyai’, pencipta segala sesuatu. Apa pun dan siapa pun, baik yang sudah kita ketahui hingga saat ini maupun yang belum. Allah subhanahu wa ta‘ala menciptakan segala sesuatu adalah tak lain sebagai ayat atau tanda akan keberadaan-Nya.
Baca juga:
Peristiwa Gerhana Bulan Total, sesungguhnya juga tak lebih sebagai tanda atau ayat. Patut disyukuri pada saat ini kita telah memiliki pengetahuan lebih baik dalam memahami Gerhana Bulan, yang termaktub dalam Ilmu Falak. Kini kita mengetahui bahwa Gerhana Bulan merupakan produk kesejajaran sebagai buah pergerakan Bulan mengelilingi Bumi dan pergerakan Bumi mengelilingi Matahari secara ritmis, mengikuti sunnatullah (hukum Allah).
Demikian pula pandemi Covid-19 yang sedang kita alami pada saat ini, juga merupakan tanda. Tanda keberadaan Allah melalui virus baru yang tak pernah dikenali sebelumnya sepanjang sejarah. Pada saat ini ilmu kedokteran mulai berhasil menguak sebagian sifat virus penyebab penyakitnya serta sedang giat-giatnya meneliti vaksin yang tepat dan obat yang cocok untuk menanganinya.
Justru dengan terjadinya gerhana, memberi banyak bukti bahwa alam ini ada yang mengaturnya. Allah yang mengatur peredaran benda-benda langit sedemikian teraturnya sehingga keteraturan tersebut bisa diformulasikan untuk prakiraan.
Baca juga:
Matahari dan Bulan beredar pada orbitnya masing-masing, bagaimana bisa menyebabkan gerhana? Pada awalnya orang-orang menganggap Bumi diam, Bulan dan Matahari yang mengitari Bumi dalam konsep geosentris. Kemudian berkembang pemahaman, Matahari yang diam sebagai pusat alam semesta, sementara itu, benda-benda langitlah yang mengitarinya, dalam konsep heliosentris.
Bulan dan Matahari juga dianggap punya cahayanya masing-masing. Tetapi Al-Qur’an memberi isyarat, bahwa walau terlihat sama bercahaya, sesungguhnya Bulan dan Matahari berbeda sifat cahayanya dan gerakannya. Matahari bersinar dan Bulan bercahaya.
Kini sains bisa mengungkapkan sifat gerak dan sumber cahaya bulan dan sinar matahari. Gerak harian matahari dan bulan, terbit di timur dan terbenam di barat, hanyalah merupakan gerak semu. Karena sesungguhnya bumilah yang bergerak. Bumi berputar pada porosnya sekali dalam sehari sehingga siang dan malam silih berganti dan benda-benda langit pun tampak terbit dan terbenam, seperti halnya matahari dan bulan.
Baca juga:
Sesungguhnya gerak yang terjadi bukan hanya Bumi yang berputar pada porosnya, tetapi juga Matahari dan Bulan beredar pada orbitnya. Bulan mengorbit Bumi, sementara Bumi mengorbit Matahari, dan Matahari pun tidak diam, tetapi bergerak juga mengorbit pusat galaksi.
Sinar Matahari berasal dari reaksi nuklir di intinya, sedangkan cahaya Bulan berasal dari pantulan sinar Matahari. Efek gabungan sudut datang sinar matahari dan sudut tampak dari permukaan bumi menyebabkan bulan tidak selalu tampak bulat, tetapi berubah-ubah dari bentuk sabit ke purnama yang bulat, dan kembali lagi ke sabit tipis, seperti pelepah kering.
Walau tampak Matahari dan Bulan berjalan pada jalur yang sama, tidak mungkin keduanya bertabrakan atau saling mendekat secara fisik, karena orbitnya memang berbeda. Perjumpaan Bulan dan Matahari saat gerhana matahari, atau perjumpaan Bulan dan Bumi pada saat gerhana bulan, hanyalah ketampakkannya, ketika matahari tampak terhalang Bulan, yang berada di antara Matahari dan Bumi.
Baca juga:
Begitu juga, pada saat gerhana bulan, Bulan dan Matahari berada pada posisi yang berseberangan sehingga cahaya Matahari yang mestinya mengenai Bulan, terhalang Bumi. Bulan purnama menjadi gelap karena bayangan Bumi.
Sains menjelaskan fenomena yang sesungguhnya. Sains menghilangkan mitos dan meneguhkan keyakinan akan kekuasaan Allah. Allah menunjukkan kebesaran-Nya dan kekuasaan-Nya dengan fenomena gerhana itu. Keteraturan yang luar biasa yang Allah ciptakan, memungkinkan manusia menghitung peredaran matahari untuk digunakan dalam perhitungan waktu dan digunakan untuk memprakirakan gerhana.
Sejatinya, gerhana matahari maupun gerhana bulan itu terjadi setiap tahun, tetapi pada tahun 2021 ini Indonesia hanya terlintasi gerhana bulan, tidak terlintasi gerhana matahari. Gerhana bulan akan terjadi kembali pada tanggal 19 November 2021 mendatang. Semoga kita semua senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah sehingga dapat menikmati tanda kebesaran Allah melalui gerhana bulan yang akan datang.
- Editor: M. Fikri Ainul Hana – Redaktur Pelaksana www.lensaish.com