LENSAISH.COM – Dalam perjalanan intelektual, manusia selalu membutuhkan seorang guru. Pada nantinya guru akan menentukan atau paling tidak mempengaruhi pola pikir sang murid. Begitu penting peran seorang guru, sehingga dalam menentukan guru haruslah disertai kehati-hatian, terutama dalam guru agama.
Banyak orang salah jalan, gara-gara salah rambu atau rambunya sudah benar tapi orang itu salah paham. Inilah fenomena para pengaku “ahli agama” Pada zaman ini. Problem orang beragama pada zaman ini hanya dua, yaitu males ngaji, atau salah ngaji.
Males ngaji mungkin tidak terlalu berdampak apa-apa jika hanya diam, tidak mengomentari orang yang lebih pintar darinya. Namun faktanya di-era ini banyak anak lulus TK yang mengomentari Profesor, inilah titik awal kehancuran tradisi keilmuan secara umum, dan khususnya dalam keilmuan agama.
Orang yang bodoh, namun tidak sadar bahwa dia bodoh adalah orang yang double kebodohan. Hendaklah bagi orang yang seperti ini untuk senantiasa berkonsultasi terlebih dahulu kepada ahlinya, sebelum melontarkan komentar. Dan memperbanyak belajar bersama guru yang membimbingnya.
Baca Juga:
- Merasa Ingin Menyerah? Ini Cara Mengatasinya
- Refleksi Kemerdekaan, PMII UIN Walisongo Desak Pemerintah Menerapkan Kebijakan Pro Rakyat
Problem selanjutnya adalah salah ngaji. Banyak orang mengatakan “kembali ke Al-Qur’an dan Sunnah, gausah ikut para ulama, Ulama masih mungkin salah dan Nabi sudah pasti benar” Ucapan ini selintas nampak benar, namun nyatanya ucapan itu salah bahkan sangat salah. Sebelumnya saya mau tanya, dari mana dia tahu keberadaan dan kebenaran Nabi Muhammad? Jawabannya pasti dari ulama, jadi secara tidak langsung omongan mereka didustakan oleh dirinya sendiri.
Carilah guru yang memang benar-benar tahu dan paham. jangan cari guru berdasarkan popularitasnya, sekarang banyak orang yang mengaku ulama’, ucapannya terangkai indah, namun isi dari ucapan tersebut tidak berdasarkan keilmuan yang valid, dan tidak jelas asal usulnya.
Bukan hanya keilmuan, akhlak atau budi pekerti dari guru itu juga harus baik dan benar. Guru bukan hanya mengajarkan teori, namun juga prakteknya sekaligus.
Baca Juga:
- Niat Puasa Tasu’a dan Asyura, Simak! Ini Keutamaan Bulan Muharram
- Dirgahayu Republik Indonesia Ke-76, Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh
Imam Ghozali membagi Ulama’ menjadi dua:
- Ulama’ Akhirat : yaitu ulama yang mempunyai otoritas keilmuan tinggi dan perbuatannya sesuai dengan keilmuannya.
- Ulama’ Dunia : Yaitu ulama yang mempunyai keilmuan tinggi atau bahkan minim keilmuan, namun ilmunya digunakan sebagai sarana untuk meraih gemerlap dan kemewahan duniawi, serta melupakan hal ikhwal akhirat.
Jika pembaca hendak mencari guru, khususnya guru agama carilah guru jenis pertama. Jangan dekati seorang guru yang mempunyai sifat seperti jenis kedua, itulah guru yang sesat dan juga menyesatkan. Apapun yang diajarkan oleh guru adalah tauladan bagi muridnya, sehingga mendorong murid untuk melakukan hal yang sama.
Guru kencing berdiri murid kencing berlari, jika gurunya pintar maka muridnya bisa lebih pintar. Namun jika gurunya bodoh atau budi pekertinya busuk dan tak pantas dimiliki seorang guru maka murid juga bisa lebih dari itu, lebih buruk, lebih jahat dan lebih materialistis.
Wallahua’lam
- Penulis: Heri Mauludin – Kontributor www.lensaish.com
Komentar