LENSAISH.COM – Perempuan terus menjadi pembahasan yang tiada habisnya karena label yang melekat pada dirinya. Konteks dan perannya terlalu terikat erat dengan kodrat. Hal ini membuat perempuan tidak bisa bergerak bebas.
Feministic.id mengadakan ngobrol santai bertema “Perempuan, Dapur, Kasur dan Sumur” melalui Google Meeting pada Sabtu,(28/8/2021).
Diskusi yang dimoderatori oleh salah satu anggota Feministic.id, Meira Purnama ini mengundang dua perempuan hebat sebagai nara sumber, yaitu Echa Tarigan(Pegiat Perempuan Hari Ini) dan Rara Riady (CEO of You Are Us).
Diskusi interaktif ini menjawab pertanyaan siapakah perempuan itu, bagaimana citra dan peran perempuan di masyarakat, dan bagaimana menghadapi stigma domestik yang telah melekat dalam diri perempuan.
Baca Juga:
Dalam diskusi ini, Echa mewakili suara perempuan mengatakan bahwa perempuan adalah manusia utuh yang memiliki kendali penuh atas dirinya sebagaimana laki-laki. Ia menyampaikan bahwa peran perempuan masih saja terbatas meski telah memasuki era modern.
Menurut perempuan asal Medan ini, ruang yang terbatas bagi perempuan tercipta sejak perempuan masih kecil, dimana 3 stigma tersebut sudah dilabelkan dengan alibi bahwa hal itu termasuk kodrat perempuan. Ia juga menjelaskan bahwa sebagai perempuan kita harus berhenti fokus terhadap omongan orang lain, karena perempuan mampu berperan dengan versi terbaiknya jika mereka fokus membangun bagaimana mereka berdaya dan memberdayakan diri seutuhnya.
“Bagi perempuan yang berasal dari keluarga berpendidikan, ia akan sedikit lebih bebas mengeksplor apapun yang ada dalam dirinya dibanding dengan perempuan yang masih dalam lingkungan patriarki”, ucapnya.
Menyambung pemikiran Echa, Rara menjawab bahwa perempuan adalah makhluk yang luar biasa, sosok hebat dengan segala yang menjadi kodratnya.
Sedikit berbeda dengan penjelasan Echa, Perempuan yang menjadi Founder of You Are Us ini menjelaskan bahwa peran perempuan ini serba salah. Pasalnya, tidak semua perempuan mampu menyuarakan apa yang menjadi pemikirannya.
“Tidak ada dalam undang-undang atau pun dalam kitab suci, bahwa perempuan tidak akan mencapai apa yang diimpikannya. Bagi siapa pun yang berusaha maka akan mencapai tujuaannya”, paparnya.
Baca Juga:
Menanggapi pertanyaan bagaimana menghadapi stigma yang melekat pada perempuan, keduanya bersepakat bahwa mengedukasi diri adalah langkah awal untuk bergerak menghadapi stigma tersebut. Kemudian, mereka juga berpendapat bahwa terkadang justru pemikiran perempuan dipatahkan oleh kaum perempuan itu sendiri.
Perempuan adalah makhluk luar biasa, ciptaan Tuhan yang bisa belajar dan menjadi apapun yang mereka mau, sebab impian tidak berjenis kelamin. (LA/AN)
Komentar