LENSAISH.COM – Kita sekarang berada di Era industrial yang tenaga manusia mulai digantikan dengan teknologi canggih.
‘Idustrialisasi adalah suatu proses yang menyebabkan terjadinya sebuah transformasi atau perubahan sosial dan kultural yang pesat akibat diterapkannya ilmu pengetahuan dan teknologi’ Ucap Prof. Kuntowijoyo.
Hal ini yang memicu sekularisasi (pemisahan antara urusan akhirat dan dunia) seperti yang dikhawatirkan oleh Prof. Selo Sumardjan, bahwa ‘Indonesia akan mengalami sekularisasi yang dapat mereduksi peran Agama dalam pengambilan kebijakan politik, ekonomi, sosial, dll’.
Baca Juga:
- Hukum dan Ketentuan Penting Masalah Zakat Fitrah yang Harus Diketahui
- Rencana Zakat ASN: Ini Yang Harus Dirubah
Pengambilan kebijakan hanya didasarkan pada rasional tanpa mempertimbangkan religio-etik. Hal ini disebabkan kecenderungan materialistik masyarakat industrialis.
Timbul sebuah pertanyaan,
Bagaimana Agama menawarkan solusi?
Sebelumnya, mari kita fahami perbedaan sistem kepercayaan Islam dan Barat.
Dalam Islam terdapat konsep tauhid, yaitu mengakui Ke- Esaan Allah, yang berkonsekuensi bahwa hidup kita hanya untuk beribadah kepada-Nya.
Sedangkan kepercayaan Barat (antroposentrisme) mengajarkan bahwa semua amal manusia diproduksi dan dikonsumsi oleh manusia itu sendiri.
Sudah beda jalur ya, antara keduanya. Nanti akan uji argumennya.
Baca Juga:
Selanjutnya, Iman (kepercayaan) juga berkaitan erat dengan amal, sehingga Iman perlu diaktualisasikan atau direalisasikan.
Dalam awal surah al-Baqarah, ciri-ciri orang Mukmin (beriman) diantaranya, mendirikan sholat dan menunaikan zakat.
Sebagai contoh, zakat disatu sisi bisa kita niatkan untuk menunaikan kewajiban dan beribadah kepada Allah, tapi sekaligus agar jarak ekonomi antar individu atau kelompok dapat terkurangi.
Ini menunjukkan, antara aspek sosial (dunia) dan Agama sangat berkaitan.
Bahkan dalam Islam terdapat konsep ثواب (Reward) dan عقاب (Punishment) dalam artian, memang (suatu keharusan) tujuan kehidupan kita adalah Allah, tetapi terdapat manfa’at yang kembali kepada manusia secara individu maupun sosial.
Bahkan Fazlur Rahman mengatakan, ‘Andaikata Nabi Muhammad hanya seseorang pemuka Agama, maka saat peristiwa Mi’raj, tentu tak akan kembali ke bumi karena sudah nyaman disisi Allah, tetapi yang terjadi sebaliknya, Nabi Muhammad bahkan turun ke bumi dengan membawa misi perubahan sosial : إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
Baca Juga:
Dalam hal ini diperluakan transformasi sosial dengan tetap menjadikan Agama sebagai pedoman hidup dan premis kebenaran.
Sehingga terdapat hubungan integral antara teknologi dan Agama. Bahkan sebuah ungakapan menyatakan ‘ilmu (urusan dunia) tanpa Agama kering, dan Agama tanpa ilmu lumpuh’.
- Penulis: Naufal Zain – Santri Pon. Pes Mathali’ul Huda Pusat Kajen