LENSAISH.COM, MESIR – “Ramadan di Mesir memang beda ya …”. Kalimat inilah yang akhir-akhir ini banyak diputar diiklan televisi , diberbagai stasiun radio, dan tertulis di lembaran-lembaran koran serta papan-papan reklame di sepanjang jalan negeri Kinanah, negerinya para Nabi, Republik Mesir.
Sebaris kalimat dari lagu yang dikarang oleh Hussain Al jassmi ini, seakan memberikan kesan kuat bagi sipapun yang mendengarnya. Lagu ini mengajak kita untuk merasakan betapa istemewannya bulan suci umat Islam ini. Utamanya bagi para penduduk Mesir, yang mayoritas penduduknya adalah masyarakat beragama Islam.
Antusiasme mereka dalam memeriahkan bulan penuh rahmat ini bahkan sudah terlihat jauh-jauh hari sebelum memasukinya, dan akan terus berlanjut sampai nanti di penghujung puasa, dan puncaknya adalah hari raya Idul Fitri. Hari kemenangan, hari difitrahkannya raga dan jiwa setiap muslim, yang telah bertarung melawan hawa nafsu dan mewaqafkan waktu serta tenaga mereka untuk berlomba-lomba dalam menunaikan amal-amal yang mulia.
Baca Juga:
Sepertihalnya di negara-negara mayoritas Isam lainnya, yang mempunyai ciri khas tersendiri dalam mewarnai bulan suci Ramadhan, demikian pula yang akan kalian jumpai jika berkunjung ke negeri pyramid ini. Banyak tradisi-tradisi unik melekat pada masyarakatnya.
Mereka akan berbondong-bondong membersihkan rumah, lalu menghiasi tembok dan atap mereka dengan lampu dan kain warna warni. Tentunya ini juga sebagai momen berkumpulnya para keluarga besar, sanak kerabat yang tinggal di Kota akan pulang melepas rindunya untuk berjumpa dengan keluarga di daerah. Begitu membahagiakannya momen-momen seperti ini bagi mereka, yang telah berpisah dari keluarganya untuk belajar maupun bekerja, dan akan segera terobati bersama datangnya bulan suci ini, bulan penuh kasih sayang dan ampunan.
Selain tradisi berkumpul keluarga ada juga tradisi lain yang tak kalah menarik yaitu tradisi Maidatur Ar-rohman, hidangan buka puasa gratis, seperti halnya bagi-bagi takjil di Indonesia atau buka bersama di acara-acara reunian. Disini juga ada tradisi seperti itu, namun bedanya disini skalanya lebih besar, dan berlangsung setiap hari selama sebulan penuh.
Baca Juga:
Memang tradisi ini sudah ada sejak dahulu, dimana mereka yang berkecukupan akan menyalurkan bantuannya bagi saudaranya yang membutuhkan. Nanti bantuan itu akan dipasrahkan kepada warga setempat untuk mengolahnya menjadi makanan dan minuman yang sehat dan bergizi.
Tentunya tradisi seperti ini sangatlah mengagumkan, dimana yang menyumbangkan tidak diketahui siapa dan berapa, contoh nyata dari “tangan kanan memberi, tangan kiri tak perlu tahu”.
Selanjutnya ada juga tradisi siaran Al-Qur’an 24 jam di radio Mesir yang di siarkan secara langsung dari ibukota Kairo dengan beberapa variasi Qori’ terkenal tentunya, seperti Syekh Kholil Al Hussary, Syekh Shiddiq Al Minshawi, dan Syekh Abdul Basith Abdul Shomad.
Hal semacam ini juga bisa kita jumpai di hari-hari biasa, namun jumlah dari stasiun yang memutar siaran Al-Qur’an ini akan bertambah jika memasuki bulan Ramadan. Selain itu durasinya pun semakin diperbanyak, sampai diamanapun anda berada pasti akan terdengar ayat-ayat Allah dilantunkan.
Demikianlah cara mereka menghormati bulan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an.
Baca Juga:
Tradisi inilah yang paling berkesan bagi saya secara pribadi. Dimana saat saya mengetik tulisan ini saja, terdengar iringan siaran bacaan Al-Qur’an yang saling bersautan dari kedua toko di bawah tempat tinggal saya.
Semoga hal-hal baik dan membahagiakan seperti ini akan terus lestari, tetap eksis meski melewati pesatnya perkembangan teknologi, dan perubahan zaman.
- Penulis: Ahmad Fathinunnuha – Kontributor Mesir