LENSAISH.COM – Di era digital ini, pesan legendaris Presiden Soekarno, Jas Merah (Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah), tetap relevan dan penuh makna bagi anak muda Indonesia. Meski sudah lebih dari setengah abad berlalu, makna dari ungkapan ini seakan menjadi jembatan yang menghubungkan semangat generasi pendahulu dengan tantangan generasi masa kini. Lantas, sebagai generasi muda, bagaimana cara kita memahami dan menerapkan pesan ini dalam dunia yang kian canggih?
Bagi Soekarno, sejarah bukan hanya sekadar catatan masa lalu. Sejarah adalah cermin yang memberi kita pelajaran berharga agar tidak mengulangi kesalahan dan sekaligus menciptakan masa depan yang lebih baik. Dalam pidatonya, Soekarno mengajak kita untuk menelaah kembali jejak para pendahulu sebagai landasan membangun bangsa. Sejarah harus menjadi inspirasi, bukan belenggu. Jadi, memahami Jas Merah bukan berarti kita terjebak nostalgia masa lalu, tetapi menjadi lebih kritis dan bijak dalam menentukan arah.
Dunia kita berubah drastis sejak era kemerdekaan. Teknologi merambah hampir seluruh aspek kehidupan. Sebagai anak muda yang hidup dalam era yang penuh informasi, kita memiliki peluang lebih besar untuk mengakses sejarah dan belajar dari berbagai perspektif. Namun, di balik peluang itu, tantangan yang ada juga semakin kompleks.
Teknologi dan informasi yang melimpah sering kali justru menjauhkan kita dari fakta sejarah, terutama dengan maraknya berita palsu atau informasi yang bias. Oleh karena itu, menerapkan Jas Merah di era ini berarti lebih teliti dalam memilih sumber informasi, memahami konteks, serta mengembangkan sudut pandang kritis. Ini juga berarti bahwa kita harus menggunakan teknologi sebagai alat untuk memperkenalkan sejarah kepada masyarakat dengan cara yang inovatif.
Menjadi generasi Jas Merah tidak sekadar soal mengingat sejarah, tetapi menghidupkannya dalam setiap tindakan. Misalnya, mengenalkan kearifan lokal, nilai-nilai persatuan, dan semangat gotong royong ke dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi saat ini kita menghadapi isu-isu yang membutuhkan peran aktif anak muda, seperti keberlanjutan lingkungan, ekonomi kreatif, dan inklusivitas sosial.
Dalam menghadapi tantangan modern, Jas Merah mengingatkan kita untuk tidak pernah melupakan nilai-nilai perjuangan dan keberanian yang diwariskan oleh para pahlawan bangsa. Mengembangkan bisnis yang berakar pada budaya lokal atau membangun startup sosial untuk membantu masyarakat adalah beberapa contoh nyata dari penerapan semangat ini.
Seiring dengan kebebasan yang semakin luas di era digital, tanggung jawab anak muda terhadap sejarah juga semakin besar. Jas Merah seharusnya menjadi panggilan untuk tidak apatis, tapi lebih peduli terhadap isu-isu sosial yang ada. Di era di mana opini bisa viral hanya dalam hitungan detik, anak muda memiliki tanggung jawab untuk tidak menyebarkan informasi yang salah atau menyesatkan.
Anak muda Indonesia diharapkan menjadi agen perubahan dengan tetap berpijak pada nilai-nilai sejarah yang kuat. Memahami sejarah bukan berarti menutup diri dari kemajuan, tetapi menjadikannya fondasi yang kokoh untuk berinovasi.
Meskipun Jas Merah adalah pesan dari masa lalu, semangatnya tetap hidup dalam setiap pemuda yang memiliki visi untuk membawa bangsa ini menuju masa depan yang lebih baik. Di era digital yang serba cepat ini, Jas Merah adalah pengingat bahwa sejarah dan teknologi bukanlah dua kutub yang bertentangan. Keduanya bisa berjalan seiring untuk menciptakan Indonesia yang lebih berdaya dan mandiri.
Sebagai generasi penerus, mari kita jadikan Jas Merah sebagai prinsip yang menyemangati langkah kita. Jadikan sejarah sebagai bekal, teknologi sebagai alat, dan masa depan sebagai tujuan. Dengan semangat Jas Merah, kita tidak hanya mengenang para pahlawan, tetapi melanjutkan perjuangan mereka dengan cara kita sendiri.