KH. Sya’roni Ahmadi Tutup Usia, Berikut Kiprah & Tumpukan Karya Beliau

LENSAISH.COM, KUDUS – KH. Sya’roni Ahmadi dikabarkan wafat di usia 89 tahun, dalam keterangan lain, 92 tahun. Setelah menjalani perawatan di RSI Sunan Kudus mulai tanggal 26-27-April-2021. Beliau wafat sekitar pukul 09.00 WIB, Selasa (27/4/2021).

Hal itu dibenarkan sesuai surat keterangan meninggal yang dilampirkan RSI Sunan Kudus.

”Nggih leres mas, mbah yai sedo, Ya benar mas KH. Sya’roni Ahmadi wafat,” kata Direktur RSI Sunan Kudus, Ahmad Syaifudin Selasa (27/4/2021).

Kepergian almarhum menyisakan duka yang mendalam bagi masyarakat Kudus.

Tidak terkecuali Bupati Kudus HM Hartopo.

Dia mengatakan KH Syaroni Ahmadi adalah ulama yang luar biasa.

Baca Juga: Sejarawan KH. Agus Sunyoto Wafat di Surabaya

Menurutnya, di Kudus saat ini adalah ulama yang sudah dituakan dan betul-betul senior.

“Almarhum kharismatik, familiar. Siapa yang tidak kenal almarhum dengan lemah lembutnya, dengan low profilenya,” kata Hartopo.

Hartopo menambahkan pihaknya akan berkoordinasi Forkompimda terutama dengan Kapolres dan Dandim serta Satpol PP terkait antisipasi kerumunan.

Rumah duka beralamat di kelurahan Kajeksan No.156 RT 02 RW 01 Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus.

Berdasarkan informasi, prosesi pemakaman akan dilaksanakan pada pukul 16.00 WIB bertempat dibelakang Aula Kediaman Beliau.

  • Kiprah

Kiai Sya’roni adalah ulama pakar tafsir Alquran dengan mengusai qira’ah sab’ah serta berbagai disiplin ilmu agama lainnya seperti fiqih, ilmu falak, faraid, dan sebagainya.

Baca Juga  Pentas Produksi ke-16, Teater Tiga Koma FKIP UMK Persembahkan Naskah "Kocak-Kacik"

Qira’ah al-Sab’ah didapatkan dari berguru kepada KH Arwani Amin Kudus yang mengasuh Pondok Yanbu’ul Qur’an. Kiai Syaroni juga sempat berguru kepada KH Turaichan Adjhuri. Sementara guru-gurunya yang lain adalah KH Turmudzi dan KH Asnawi.

Semasa hidupnya, Kiai Sya’roni mengisi pengajian tafsir Alquran setiap Jumat pagi di Masjid Menara Kudus. Bahkan selama Ramadan, Kiai Sya’roni mengadakan pengajian tafsir Alquran selama satu bulan penuh.

Dalam setiap pengajiannya, Kiai Sya’roni juga mampu men-setting iklim toleransi antara beberapa kelompok yang ada, yakni kaum Nahdliyyin dan Muhammadiyah. Tak hanya itu, ayah dari Gus Hana (KH Yusrul Hana) ini mengajar di Madrasah Qudsiyyah Kudus.

Dalam bidang pengembangan fisik, kiai Sya’roni banyak memberikan jasa dalam mengembangkan madrasah-madrasah di kota Kudus, seperti Madrasah Banat NU, Muallimat, Qudsiyyah, Tasywiq al-Thullab al-Salafiyah (TBS), dan Madrasah Diniyah Keradenan Kudus.

Dalam konteks kepartaian, pada 1955 Kiai Sya’roni merupakan sosok yang rajin berkampanye untuk Partai Ka’bah. Sampai dengan tahun 1970-an Kiai Sya’roni juga sering terlibat aktif dalam Partai NU sampai akhirnya NU mengambil keputusan kembali ke Khittah 1926 dalam Muktamar Situbondo. Dan beliau merupakan orang NU yang mendukung kembali khittah NU 1926.

Adapun pasca khittah NU, kiai Sya’roni juga sempat terlibat di Partai persatuan Pembangunan (PPP). Namunhanya bermain di belakang layar dan tidak berada di garis struktural kepartaian. Kemudian cenderung mengambil posisi netral. Langkah ini menjadikan kiai Sya’roni mampu diterima oleh semua kalangan. Hubungan dengan pemerintah daerah yang waktu itu didominasi oleh Golkar tetap terjaga dengan baik. Ditambah lagi dengan pembawaan yang lunak dan halus.

Baca Juga  Sambut 1 Abad NU, Gus Rozin: Targetkan Pemetaan SDM NU yang Lebih Konkret

Namun demikian, kepentingan partai dalam setiap pengajian yang dilakuka sangat dihindari. Kegiatan kultural Kiai Sya’roni tetap berjalan dengan baik. Bahkan beliau menjadi sosok yang disegani, baik oleh pemerintah daerah maupun kelompok-kelompok yang lain.

Selain itu, selama perjuangannya di Kudus, Kiai Sya’roni telah memberikan banyak hal. Tradisi santri yang sekarang ini lekat dengan masyarakat Kudus tak bisa dilepaskan dari jasanya. Pengajian rumahan atau di masjid-masjid seperti di Masjid Al Aqsha Menara Kudus masih rutin dijalankan.

Kiai Sya’roni juga tercatat sebagai penasehat Rumah Sakit Islam YAKIS dan menjabat mustasyar NU cabang Kudus.Selain itu mengisi pengajian rutin tiap ahad pagi di Masjid Jama’ah Haji Kudus (JKH).

  • Rajin Menulis

Kemudian Kiai Sya’roni sering menulis, mensyarah, dan menterjemah beberapa kitab yang digunakan untuk mengajar. Kitab-kitab tersebut banyak dikonsumsi oleh madrasah-madrasah di kota Kudus. Adapun karya-karya tersebut adalah :

  1. Al-Faraid al-Saniyah.

Kitab ini banyak mengupas tentang doktrin ahlusunnah wal jama’ah. Penyusunan kitab ini konon diilhami oleh kitab Bariqat al-Muhammadiyah ‘ala Tariqat al-Ahmadiyah milik KH Muhammadun Pondowan Tayu Pati yang saat itu rajin berpidato dan mengisi pengajian untuk menolak gerakan Muhammadiyah di kota Kudus. Kiai Sya’roni menulis kitab ini selama kurang lebih dua tahun.

Baca Juga  Konfercab XIII GP Ansor Blora Siap Perkuat Semangat Perjuangan
  1. Faidl al-Asany.

Kitab ini terbagi ke dalam tiga juz dan banyak membahas tentang Qira’ah al-Sab’iyyah.

  1. Al-Tashrih al-Yasir fi ‘ilmi al-Tafsir.

Kitab ini banyak mengupas tentang tafsir al-Qur’an mulai dari pembacaan, lafal-lafalnya, sanad, arti-arti yang berhubungan dengan hukum dan sebagainya. Kitab setebal 79 halaman ini ditulis pada tahun 1972 M/1392 H.

  1. Tarjamah Tarsil al-Turuqat.

Kitab ini membahas ilmu manthiq.

  1. Tarjamah al-Ashriyyah.

Kitab ini membahas ilmu Ushul al-Fiqh yang banyak mengupas tentang lafadz ‘amm dan khas, mujmal dan mubayyan, ijma, qiyas dan sebagainya. Kitab ini disusun pada hari ahad siang tanggal 29 Juni 1986 M/21 Syawal 1406 H.

6.Qira’ah al-Ashriyyah.

Kitab ini terdiri dari tiga juz. Penyusunan kitab ini dimaksudkan, sebagaimana penuturan Kiai Sya’roni, untuk memudahkan para santri atau para siswa dalam mempelajari kitab kuning. (LA/FA/AM)

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *