LENSAISH.COM, JEPARA – Dalam ajaran Islam, terdapat malam kemuliaan di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Waktu yang disebut sebagai Malam Lailatul Qadar itu jatuh diantara malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir Ramadan. Malam Lailatul Qadar disebut juga sebagai Malam Seribu Bulan.
Hal itu karena nilai ibadah dan kebaikan yang ada pada malam tersebut setara dengan seribu bulan lamanya. Inilah momen yang dinanti umat Islam saat berpuasa.
Salah satu tradisi menyambut malam lailatul qadar dari turun temurun adalah diadakan do’a, istighosah dan sebagainya pada malam 21 ramadan atau lebih dikenal dengan sebutan tradisi “Selikuran”.
Baca Juga:
- Berbagi Kebaikan, Persatuan Pelajar (PP) TBS Kudus Bagikan Ratusan Takjil
- Eratkan Silaturrahim, PP IKSAB TBS Bagikan Ribuan Takjil
Seperti yang dilakukan masyarakat Desa Damarwulan, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara ini. Ahad (02/05/2021).
Kegiatan yang bertempat di Musholla Sirotul Huda ini, dilaksanakan pembacaan Sholawat Tibbil Qulub dan Istighosah sebagai wujud atau ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan meminta perlindungan kepada Allah dari segala marabahaya termasuk Virus Corona.
Dalam Tradisi ini masyarakat dengan Khidmah mengikutinya dan dipimpin oleh sesepuh desa melantunkan Kalimat tayyibah dan tahlil yang ditujukan kepada cikal bakal atau pendiri desa setempat dan keluarga para jamaah yang sudah kembali ke pangkuan Allah SWT.
Selain itu sholawat Tibbil Qulub juga dilantunkan sebagai upaya Tola’ Balak pandemi covid-19 yang hingga saat ini belum berakhir.
Baca Juga:
- KH. Agus Sunyoto, Sang Penyaji Kisah Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah
- Refleksi 7 Hari Wafat KH. Sya’roni Ahmadi, 3 Pesan Beliau Saat Didatangi Orang Inggris
Salah satu sesepuh desa Damarwulan Muzayyin, berharap bahwasanya dengan keberkahan dan kemuliaan bulan Ramadan ini, dilaksanakan tradisi malam selikuran untuk menyambut datangya malam lailatul qadar.
Selain itu, juga sebagai wasilah pandemi covid-19 segera sirna dari muka bumi, supaya seluruh aspek kehidupan masyarakat kembali berjalan normal.
“Saya berharap generasi pemuda pemudi tetap ‘ngrumat’ dan ‘nguri-nguri’ tradisi, Ojo nganti lali, opo maneh di ilangi (harus menjaga tradisi, jangan melupakannya, apalagi menghilangkan sebuah tradisi.” Tuturnya
Kita sebagai generasi muda harus menghargai dan menjaga tradisi yang sudah ada. Semoga selalu diberikan kesehatan dan keistiqomahan dalam hal-hal yang baik. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin. (LA/AM)
- Kontributor: Fika Dyah Ayu Safitri
Komentar