oleh

Mencoba Memahami Arah Industri Media

LENSAISH.COM – Bill Kovach berpendapat, “Makin bermutu jurnalisme dalam masyarakat, maka makin bermutu pula informasi yang didapat masyarakat bersangkutan. Terusannya makin bermutu pula keputusan yang akan dibuat”.

Masyarakat butuh prosedur dan proses guna mendapatkan apa yang disebut kebenaran fungsional. Kebenaran yang menjadi tugas jurnalisme untuk menjaganya.

Kebenaran ini terbentuk dari beberapa lapisan. Ibarat stalagmit, berawal dari satu tetesan sehingga membentuk stalagmit yang besar. Butuh waktu dan proses yang lama sehingga terbentuk bangunan kebenaran yang lebih lengkap.

Industri media yang dalam hal ini memegang pengelolaan frekuensi publik berada dalam tegangan antara “apakah harus menjalankan fungsi sosialnya?” atau “melakukan akumulasi keuntungan sebesar-besarnya?”

Baca Juga  Wujudkan LKP Berbasis Digital, Kemendikbudristek RI Gelar Seminar Nasional Transformasi Digital

Sebagai institusi sosial, didalamnya melekat tanggung jawab agar berbagai hal yang ditampilkan memiliki manfaat bagi “kepentingan publik”. Tanggung jawab itu sekaligus adalah sumber dari keberhasilan perusahan media. Perusahaan media yang mendahulukan kepentingan masyarakat justru lebih menguntungkan daripada yang mementingkan bisnisnya sendiri.

Mari melihat dua contoh. Pada 1893 Adolph Ochs mebeli harian The New York Times. Ochs percaya bahwa penduduk New York capek dan tak puas dengan surat kabar-surat kabar kuning yang kebanyakan sensasional. Ochs hendak menyajikan suratkabar yang serius, mengutamakan kepentingan publik.

Pada 1933 Eugene Meyer membeli harian The Washington Post dan menyatakan di halaman suratkabar itu, “Dalam rangka menyajikan kebenaran, suratkabar ini kalau perlu akan mengorbankan keuntungan meterialnya, jika tindakan itu diperlukan demi kepentingan masyarakat”.

Baca Juga  Buat Kamu yang Masih Insecure Bacaan Latin, Coba Baca Ini

Prinsip Ochs dan Meyer terbukti benar. Dua harian itu menjadi institusi publik yang prestisius sekaligus bisnis yang menguntungkan.

Bisnis media berbeda dengan bisnis kebanyakan, dalam industri media ada sebuah segitiga. Sisi pertama adalah pembaca, pemirsa, atau pendengar yang bukan sebagai pelanggan (costumer). Kebanyakan media, termasuk televisi, radio, maupun online memberikan informasi secara gratis. Bahkan dalam bisnis surat kabar pun, kebanyakan pembaca hanya membayar sebagian kecil dari ongkos produksi. Ada subsidi buat pembaca.

Sisi kedua adalah pemasang iklan. Adanya kepercayaan publik inilah yang kemudian “dipinjamkan” perusahaan media kepada para pemasang iklan. Dalam hal ini pemasang iklan memang pelanggan. Tapi hubungan ini seyogyanya tak merusak hubungan unik antara media dengan pembaca, pemirsa, dan pendengarnya. Sisi ketiga adalah warga (citizens).

Baca Juga  INFOGRAFIS - Bijaklah, Anda Bisa Dipecat dari Pekerjaan Karena Media Sosial

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *