LENSAISH.COM – Pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan ketika seorang guru menggunakan metode yang sesuai dengan tingkat dan kemampuan siswa. Siswa pun akan lebih mudah memahami materi jika guru menyampaikannya dengan bahasa yang sederhana serta memberikan contoh-contoh yang relevan dengan lingkungan mereka.
Secara etimologis, kata pembelajaran berasal dari kata dasar belajar yang diberi awalan pem- dan akhiran -an, sehingga bermakna proses belajar yang dilakukan secara aktif. Dalam praktiknya, pembelajaran terjadi melalui interaksi antara siswa dengan berbagai sumber belajar. Jika dilihat dari aktivitasnya, proses belajar lebih dominan dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar lebih berorientasi pada instruksi atau bimbingan dari guru. Oleh karena itu, istilah pembelajaran dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru.
Dalam proses mengajar, seorang guru membutuhkan metode yang tepat agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif. Metode pembelajaran adalah langkah-langkah sistematis yang membantu guru dalam menyampaikan materi secara spesifik dan konkret sehingga peserta didik dapat memahami dengan baik. Metode ini dikembangkan untuk mengatasi kondisi belajar yang kurang ideal serta memudahkan guru dalam menjelaskan konsep kepada siswa.
Metode Pembelajaran di TPQ dan Variasi yang Digunakan
Metode pembelajaran tidak hanya diterapkan di lembaga pendidikan formal, tetapi juga di lembaga nonformal seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dan Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA). Lembaga-lembaga ini berfokus pada pembelajaran membaca Al-Qur’an yang baik dan benar. Seiring perkembangan zaman, metode pengajaran Al-Qur’an pun semakin bervariasi, di antaranya:
1. Metode Iqra’
2. Metode Al-Baghdadiyah
3. Metode An-Nahdhiyah
4. Metode Qiro’ati
5. Metode Barqy
6. Metode Fashohati (metode baru yang mulai diperkenalkan di beberapa lembaga keagamaan)
Sebuah metode pembelajaran idealnya memudahkan guru dalam menyampaikan materi. Namun, jika guru merasa kesulitan menerapkan metode tertentu, maka efektivitas pembelajaran akan terganggu.
Peralihan dari Metode Qiro’ati ke Metode Fashohati
Sebelumnya, banyak TPQ menggunakan metode Qiro’ati dalam pembelajaran Al-Qur’an. Metode ini mengajarkan cara membaca Al-Qur’an secara tartil dan bertajwid tanpa harus mengeja huruf terlebih dahulu. Metode ini juga bersifat bertahap, di mana siswa tidak dapat berpindah ke halaman berikutnya sebelum mampu membaca dengan lancar.
Namun, sejak awal tahun 2022, beberapa TPQ mulai beralih ke metode Fashohati. Metode ini menitikberatkan pada kefasihan pengucapan huruf hijaiyah dengan makhroj yang benar. Metode Fashohati memiliki kitab khusus yang terdiri dari beberapa tingkatan, di antaranya:
1. Belajar Menulis Huruf Arab (Tingkatan 1 & 2)
2. Membaca Al-Qur’an Tingkat Dasar
3. Membaca Al-Qur’an Jilid 1 hingga 5
4. Membaca Al-Qur’an Tingkat Ghorib
5. Kitab Panduan Bimbingan Ilmu Tajwid Praktis
Pentingnya Pelatihan bagi Guru
Sebelum menerapkan metode Fashohati, guru TPQ diwajibkan mengikuti pelatihan terlebih dahulu. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru dalam:
- Cara membaca huruf hijaiyah dengan baik dan benar
- Pelafalan makhroj huruf yang sesuai
- Peningkatan kefasihan bacaan Al-Qur’an
Metode Fashohati dianggap lebih mendetail dibandingkan metode sebelumnya karena menekankan ketepatan pengucapan dan kefasihan bacaan. Namun, dalam praktiknya, masih ada guru yang mengalami kesulitan dalam menyampaikannya kepada siswa.
Dalam kitab Sullam Taufiq karya Syaikh Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir disebutkan: يجب تعلمه و تعليمه و العمل به للخاص و العام
Artinya: “Mempelajari, mengajarkan, dan mengamalkan suatu ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu, baik yang sudah memahami maupun yang belum mengerti ilmu tersebut.”
Dari kutipan ini, jelas bahwa seorang guru memiliki tanggung jawab besar dalam menyampaikan ilmu yang diperolehnya kepada peserta didik. Oleh karena itu, pelatihan yang memadai sangat diperlukan agar guru dapat mengajarkan metode baru dengan optimal.
Tantangan dalam Penerapan Metode Baru
Meskipun metode Fashohati memiliki banyak keunggulan, tetap ada tantangan yang dihadapi guru dalam mengajarkannya, antara lain:
1. Kesulitan dalam penyampaian materi
Guru harus memastikan siswa dapat melafalkan setiap huruf dengan benar sesuai makhrojnya, yang membutuhkan latihan intensif.
2. Adaptasi terhadap metode baru
Guru harus mengajarkan sesuai dengan standar metode Fashohati yang dipelajari dalam pelatihan.
3. Perbedaan kemampuan siswa
Setiap siswa memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda, sehingga diperlukan pendekatan yang lebih fleksibel.
Metode pembelajaran yang digunakan di TPQ harus disesuaikan dengan kondisi siswa dan kemampuan guru dalam mengajarkannya. Metode Fashohati, meskipun memiliki keunggulan dalam kefasihan bacaan, tetap membutuhkan kesiapan guru dalam penerapannya. Oleh karena itu, pelatihan yang berkelanjutan bagi guru menjadi hal yang sangat penting.
Lembaga pendidikan nonformal sebaiknya tidak hanya memberikan pelatihan sekali, tetapi secara berkala agar guru lebih memahami dan mampu mengimplementasikan metode pembelajaran dengan baik. Posisi guru sebagai sumber belajar utama bagi siswa menuntut mereka untuk memiliki kompetensi yang matang dalam setiap metode yang digunakan. Jika guru masih mengalami kesulitan, maka pemahaman siswa juga akan terhambat.
Sebagai langkah strategis, TPQ dapat melakukan evaluasi berkala terhadap metode yang digunakan dan menyediakan sesi pelatihan tambahan bagi guru yang masih mengalami kendala. Dengan demikian, pembelajaran di TPQ dapat berlangsung lebih efektif dan memberikan hasil yang optimal bagi peserta didik.