LENSAISH.COM, JAKARTA – Sejak adanya keputusan Presiden nomor 22 Tahun 2015, Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) selalu istikamah memperingati Hari Santri Nasional (HSN) setiap 22 Oktober, hingga pada peringatan ke-7 di tahun ini.
“Pada tahun ini kita telah memperingati hari santri yang ke-7. Ketujuh ini adalah peringatan yang krusial. Di mana pada peringatan-peringatan yang akan datang kita akan diuji, apakah hari santri ini kita peringati dengan prestasi-prestasi baru atau stagnan?” kata ketua RMI PBNU Abdul Ghaffar Rozin saat memberikan sambutan acara puncak HSN 2021, Jumat (22/10) malam.
Pada peringatan tahun ini, di tengah COVID-19 yang belum sepenuhnya pulih, RMI telah sukses menyelenggarakan berbagai macam kegiatan menyambut semarak HSN 2021. Selain itu, acara ini juga dalam rangka konsolidasi cyber troops santri, dengan harapan supaya ke depan santri lebih aktif mewarnai jagat maya dengan spirit Islam rahmatan lil alamin.
Baca juga:
“Sejak ditetapkannya Hari Santri pada tahun 2015 sampai sekarang, RMI selalu berusaha mencapai capaian-capaian baru tiap tahunnya, yang kita sebut sebagai milestone untuk para santri dan pesantren NU,” ujar pria yang akrab disapa Gus Rozin itu.
Gus Rozin menyebut, dari aspek negara, ada undang-undang dan segala perangkatnya yang berkembang dari tahun ke tahun untuk peningkatan mutu pesantren. “Dan dari sisi akademik kita juga selalu berusaha untuk memfasilitasi di pesantren-pesantren yang kita ukur keberhasilannya setiap Hari Santri,” tuturnya.
Sejak kick off peringatan HSN 2021 mulai tanggal 28 September lalu, lanjutnya, banyak rangkaian acara yang digelar RMI. “Tahun ini rangkaian hari santri lebih banyak diwarnai dan didominasi oleh kegiatan-kegiatan yang sifatnya akademik,” tuturnya.
Rozin mengungkapkan, seminggu setelah dibukanya peringatan hari santri, RMI PBNU bersama-sama dengan LPDP meluncurkan program beasiswa santri untuk S2 dan S3 ke luar negeri di berbagai negara.
“Dan baru kemarin kami juga menyelenggarakan webinar internasional. Selama dua hari penuh kita bertukar pikiran, ada banyak gagasan-gagasan baru untuk meningkatkan sumber daya manusia Nahdlatul Ulama selama beberapa tahun ke depan,” ungkap Rozin.
22 Oktober dan Resolusi Jihad
Sementara, Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj yang berkesempatan menyampaikan amanah hari santri menegaskan, 22 Oktober merupakan peristiwa penting bagi NU dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan NKRI.
“Resolusi jihad yang dikeluarkan oleh Syekh Hasyim Asy’ari merupakan keputusan politik dan keagamaan penting dari para ulama dan pesantren yang menjadikan negara Indonesia, yang baru diproklamirkan, tetap tegak berdiri. Indonesia tidak kembali jatuh ke tangan penjajah,” tegasnya.
Baca juga:
Bahkan Said Aqil mengungkap, tidak salah jika dikatakan, tidak akan ada peristiwa 10 November di Surabaya tanpa resolusi jihad. “Jika 10 November 1945 adalah awal dikumandangkan revolusi Indonesia, maka resolusi jihad menunjukkan peran besar santri dalam menegakkan kemerdekaan negara ini,” terangnya.
Resolusi jihad, menurutnya, sebagai gambaran bahwa antara Islam dan nasionalisme tidak kontraproduktif, malah bisa dikata Islam dan NKRI tidak dapat dipisahkan. Resolusi jihad merupakan ekspresi patriotisme dan nasionalisme santri yang berbasis ajaran Islam ahlussunnah wal jamaah.
“Karena itulah pada Hari Santri tahun 2021 ini saya hendak membangkitkan kembali semangat perjuangan melawan penjajah, meneguhkan komitmen kebangsaan dan melunasi janji para pendiri bangsa yang telah ditunjukkan para santri terdahulu,” kata kiai Said. Sebagai tambahan informasi, acara puncak HSN RMI PBNU yang digelar secara daring pada tahun ini mendapat Rekor Muri sebagai “Peringatan Hari Besar Keagamaan dengan Siaran Langsung Media Terbanyak”.