LENSAISH.COM – Bukan suatu hal yang asing bagi para pelajar, mahasiswa, dan juga karyawan ketika mendengar kata deadline. Ya, mungkin sebagian dari kita pernah mengalaminya.
Deadliner merupakan sebutan bagi orang yang melakukan suatu pekerjaan ketika sudah mepet dengan tenggat waktu (deadline).
Mengerjakan sesuatu mepet deadline bagi kalangan pelajar dan mahasiswa juga biasa disebut prokrastinasi akademik.
Menurut Schouwenbur dan Lay, prokrastinasi akademik diartikan sebagai perilaku menunda sesuatu dalam hal akademik. Contoh nya, mengerjakan tugas mendekati tenggat waktu pengumpulan, lebih memilih bermain gadget daripada mempersiapkan ujian, dan tidak mengembalikan buku perpustakan secara tepat waktu.
Tak jarang, banyak orang mengaku baru mendapat ide, pencerahan, motivasi ketika sudah mepet dengan batas waktu yang ditentukan.
Meskipun tugas yang diberikan bisa jadi punya batas waktu yang lama, misalnya satu minggu, dua minggu, atau satu bulan, akan tetapi biasanya deadliner ini baru akan mengerjakannya pada sehari sebelumnya atau bahkan beberapa jam sebelum batas akhir.
Terlepas dari itu, kita harus membiasakan diri untuk menjadi seseorang yang disiplin dan teratur.
Lalu, apakah yang melatarbelakangi kebanyakan orang lebih suka mengerjakan tugas mepet deadline?
Bisa jadi faktor utamanya adalah kita belum benar-benar memahami tugas tersebut, sehingga terlalu banyak membutuhkan waktu untuk dapat memahaminya.
Kemudian, bisa juga karena faktor kebiasaan. Kebiasaan menunda suatu pekerjaan menyebabkan kita menjadi deadliner.
Ketika merasa memiliki banyak waktu, membuat kita terlalu bersantai dan menunda pekerjaan terus-menerus. Lalu, jika sudah mepet dengan deadline, barulah muncul perasaan cemas.
Selain itu, mungkin faktor waktu. Bagi sebagian orang butuh waktu lama untuk berkonsentrasi.
Dari ketiga faktor tersebut, ternyata mengerjakan sesuatu mendekati tenggat waktu juga bisa dijelaskan secara ilmiah.
Hal ini dapat dikaitkan dengan fenomena adrenalin rush. Adrenalin rush yakni suatu kondisi dimana hormon adrenalin dilepaskan secara tiba-tiba sehingga seseorang bisa melakukan gerakan fisik yang lebih kuat dari biasanya. Situasi ini bisa dipicu oleh ancaman, stress bahaya dan semacamnya.
Dalam proses adrenalin rush, bagian otak yang disebut amigdala akan menangkap dan meneruskan sinyal tersebut ke hipotalamus. Fungsi dari hipotalamus sendiri untuk memastikan semua sistem tubuh berjalan stabil.
Kemudian hipotalamus akan mengirim sinyal melalui saraf otonom ke adrenal dan melepaskannya ke aliran darah. Aliran adrenalin inilah yang memberikan kemampuan seseorang untuk lebih fokus dan lancar.
Itulah mengapa ketika merasa terdesak, justru akan semakin fokus dan lancar dalam mengerjakan sesuatu.
Sebenarnya, menjadi deadliner tidak ada salahnya. Karena setiap orang tentu memiliki caranya masing-masing dalam menghadapi atau menyelesaikan tugasnya.
Kita tidak bisa memaksakan cara kita dengan orang lain. Mungkin bagi seseorang yang menyukai tantangan, ini akan menyenangkan dan juga melatih kemampuan berpikir cepat. Namun di sisi lain, menjadi deadliner juga bisa menimbulkan kekhawatiran bagi kita.
Menjadi deadliner ataupun tidak, semua pekerjaan pasti akan sama-sama selesai. Tetapi, yang menjadikannya berbeda adalah hasilnya. Tentu tugas yang yang dikerjakan secara matang dan terancang dari jauh-jauh hari akan menghasilkan hasil akhir yang maksimal.
Dengan demikian, menjadi deadliner sebaiknya tidak dilakukan lagi. Karena segala sesuatu yang dikerjakan secara terburu-buru tentu tidak akan maksimal. Lebih dari itu, sikap ini secara tidak sadar mengindikasikan bahwa kita adalah pemalas.
Oleh karena itu, mulailah belajar untuk tidak mengerjakan sesuatu mepet deadline.
Beberapa hal yang dapat dilakukan agar kita tidak menjadi seorang deadliner. Pertama adalah berpegang teguh pada prinsip. Kedua, buatlah planning. Ketiga, berikan self-reward. Dengan begitu, kita akan lebih bersemangat untuk menghadapi tugas di kemudian hari.
- Penulis: Nastaufika Firdausy
- Editor: Afifatun Ni’mah