Semangat Baru di Awal Tahun

LENSAISH.COM – Di sebuah kota kecil, hiduplah seorang pemuda bernama Arga. Arga dikenal sebagai anak muda yang malas dan sering merasa hidupnya tidak memiliki tujuan. Setiap hari, rutinitasnya sama: bangun siang, bermain gim hingga larut malam, dan menunda segala tanggung jawab.

Ketika teman-temannya sibuk belajar, bekerja, atau mengejar mimpi, Arga lebih memilih berbaring sambil mengeluh tentang hidup yang “tidak adil.”

Tahun baru pun tiba. Pada malam pergantian tahun, Arga duduk sendiri di kamar gelapnya, memandangi kembang api di luar jendela.

“Untuk apa repot-repot? Hidup toh sama saja,” gumamnya, sambil menggulir media sosial yang penuh dengan resolusi dan pencapaian orang lain.

Namun, malam itu ada sesuatu yang berbeda. Ibunya datang membawa secangkir teh hangat dan duduk di sampingnya.

Baca Juga  Menemukan Jati Diri melalui Perjalanan Berliku di Masa SMA dan Kuliah

“Arga, pernahkah kamu bertanya apa yang benar-benar kamu inginkan dari hidup ini?,” tanyanya lembut.

Arga mendesah. “Entahlah, Bu. Aku tidak tahu apa gunanya jadi produktif. Lagipula, aku tidak punya bakat atau tujuan.”

Sang ibu tersenyum. “Ibu ingin cerita sesuatu. Dulu, kakekmu memulai hidupnya sebagai seorang penjual keliling. Ia hanya punya sepeda tua dan tekad. Setiap pagi, ia bangun lebih awal dari ayam berkokok, membawa barang dagangan, dan berkeliling kota. Awalnya, ia sering ditolak. Tapi, ia tidak menyerah. Setiap hari, ia belajar sesuatu yang baru: bagaimana berbicara dengan pelanggan, bagaimana memperbaiki barang dagangannya, dan bagaimana mengatur keuangan. Karena usahanya, keluarganya—termasuk Ibu—bisa hidup lebih baik. Kamu tahu, hidup bukan tentang bakat, tapi tentang keberanian untuk memulai.”

Baca Juga  Layar yang Tak Pernah Padam

Arga terdiam. Kata-kata ibunya terngiang di benaknya. Ia membayangkan kakeknya yang berjuang di bawah panas matahari dengan semangat yang tidak pernah pudar.

Keesokan harinya, Arga memutuskan untuk keluar dari zona nyamannya. Ia mulai dengan hal kecil: merapikan kamarnya, membantu ibunya memasak, dan membaca buku tentang pengembangan diri.

Awalnya, semua terasa sulit dan membosankan, tetapi ia terus mencoba. Satu bulan berlalu. Perlahan, Arga mulai menemukan minatnya. Ia menyadari bahwa ia suka menggambar.

Dengan saran ibunya, ia mulai menjual desain sederhana secara daring. Tak disangka, banyak yang menyukai karyanya. Dari situ, ia merasa hidupnya mulai memiliki arah.

Pada akhir tahun itu, Arga duduk di depan meja kerjanya, melihat portofolio desain yang telah ia buat selama setahun. Ia tersenyum, mengingat dirinya yang dulu.

Baca Juga  Negeri Kecil yang Tumbuh Terbatas

“Ternyata, produktif bukan soal hasil besar. Ini tentang menghargai setiap langkah kecil dan melihat ke mana langkah itu membawa kita,” pikirnya.

Arga kini mengerti bahwa hidup akan terus berjalan, tetapi pilihan untuk bergerak maju atau diam di tempat ada di tangannya. Tahun baru itu menjadi saksi perjalanan seorang pemuda malas yang menemukan semangat baru untuk menjalani hidup dengan penuh makna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *