LENSAISH.COM – Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispen AL) Marsekal Pertama Yulius Widjojono mengatakan, kapal tersebut diduga berada di kedalaman 600-700 meter.
Situasi tersebut menurut Yulius cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, kedalaman maksimal yang mampu diselami kapal tersebut adalah antara 250 sampai 500 meter.
“Pabrikannya 250-500 meter. Kalau lebih dari itu cukup fatal,” kata Yulius (22/4/2021).
- Analisis pengamat
Pengamat militer Connie Rahakundini mengatakan, titik kedalaman kapal selam KRI Nanggala-402 berada adalah faktor penting yang menentukan keselamatan kapal dan awaknya.
“Kalau mendengar pernyataan Kadispen AL, kapal tersebut diperkirakan jatuh di 600-700 meter,” kata Connie (24/4/2021).
Baca Juga: KRI Nanggala-402 Dinyatakan Tenggelam, KSAL: Kita Evakuasi, ABK Masih Selamat
Connie mengatakan, kapal selam yang ada di seluruh dunia, termasuk yang bertenaga nuklir sekalipun, hanya dirancang untuk kedalaman 500 meter saja.
Menurut Connie, jika lokasi KRI Nanggala-402 mencapai kedalaman 600-700 meter, maka peluang selamat bisa berkurang. Bisa terjadi rembesan dari sambungan baja, arus deras, tekanan. Semua tergantung kekuatan kapal.
“Karena bisa jadi ada rembesan dari sambungan baja. Lebih parah lagi, kita kan enggak tahu itu ada arus deras, ada tekanan, bisa saja pecah. Kan tergantung kekuatan, apalagi kapal selamnya sudah 44 tahun,” ujar Connie.
Ia juga mengungkapkan kapal selam masih dalam keadaan aman. Prediksi itu disampaikan Connie dengan catatan balon emergency dari KRI Nanggala-402 tidak keluar.
Baca Juga: Mudik Dilarang Tetapi Wisata Dibuka, Sandi: Pembukaan Kawasan Wisata Ada Di Tangan Kepala Daerah
“Karena balon emergency itu belum keluar, ketika kapal selam itu tenggelam dan balon emergency keluar itu artinya kapal selam pecah, ” kata Connie (22/4/2021).
“Kedua, kita masih ada harapan, sejak tadi malam aja pergerakan kapal selam tersebut terdeteksi walaupun masih sangat lemah ya 2,5 knote,” tambahnya.
Connie menjelaskan bahwa kapal selam tersebut memiliki cara lain untuk menyuplai oksigen, selain mengandalkan cadangan yang sudah disiapkan “Dalam kapal selam itu, memang ada oksigen murni, yang dibekukan lah istilahnya, untuk mereka pakai secara normal. Nah itu yang dianggap 72 jam akan habis,” kata Connie.
“Tetapi, di setiap kapal selam itu ada alat yang bisa mengubah karbon atau napas yang kita buang itu menjadi oksigen lagi,” tambah dia.
Menurut Connie, dengan adanya alat tersebut, meski dengan kemampuan terbatas, pihaknya meyakini bahwa masih ada waktu lebih dari 72 jam untuk menyelamatkan awak kapal. (LA/FA)
Baca Juga:
- Pemerintah Resmi Larang Takbir Keliling Idul Fitri Tahun Ini
- Catat! Pemberlakuan Pengetatan Perjalanan Dibagi Dua Waktu
- Ini Rincian Surat Edaran Satgas COVID-19 Tentang Peniadaan Mudik 2021
Komentar