LENSAISH.COM – Cinta banyak dibicarakan orang dimana-mana, bahkan sering menjadi obrolan di mall, warung kopi, sekolah, dan bahkan di tempat ibadah. Seolah-olah tema cinta menjadi topik yang tidak pernah habis dibicarakan oleh orang-orang dan terasa tetap aktual di setiap zaman di berbagai belahan dunia. Hal ini terbukti dengan banyaknya sinetron, lagu dan novel yang bertemakan cinta yang tetap laris di setiap zaman.
Namun semakin membuminya kata cinta, banyak orang yang tidak tahu apa hakikat dari cinta itu sendiri. Lalu apa itu cinta?
Ibnu Qayyim al-Jauzi dalam Madaarij al-Salikiin, “Cinta itu tidak dapat didefinisikan dengan jelas, bahkan jika dipaksakan untuk dicari definisinya tidak akan menghasilkan apapun, akan tetapi malah membuat kabur dan tidak jelas. Oleh karena itu definisi cinta adalah cinta itu sendiri,”.
Baca juga:
Ibn Hazm dalam Thauq Al-Hamamah Mendefinisikan cinta adalah pertalian antara bagian-bagian jiwa yang terbagi pada asal unsurnya yang luhur.
Sedangkan menurut Ibn Jauzi dalam Dzamm al-Hawa menyatakan cinta adalah kecenderungan jiwa yang sangat kuat kepada satu bentuk yang sesuai dengan tabiatnya, jika pemikiran jiwa itu kuat mengarahkan ke sana, ia akan membayangkan bagaimana cara memperolehnya dan ia akan selalu mengharapkannya.
Erich Fromm membagi cinta pada dua bagian besar. Cinta platonis dan cinta romantis. Cinta platonis adalah cinta Ilahiyyah dan bersifat vertikal. Cinta platonis ini menghantarkan pelakunya pada ketentraman dan kedamaian.
Baca juga:
Sedangkan, cinta romantis adalah kecintaan antar sesama yang memiliki batas tipis dengan kehendak biologis (syahwat) dan bersifat horizontal.
Begitulah pendapat para ulama dan tokoh dalam mendefinikan hakikat cinta. Sebaik-baik cinta adalah cinta yang mampu menghantarkan pemiliknya bisa dekat dengan sang pemilik cinta yang abadi.
- Penulis: Khoirotun Nisa’
Komentar