Gencatan Senjata di Gaza: Apa Kata Islam Tentang Perdamaian?

LENSAISH.COM – Gemuruh kebebasan yang ada di benak masyarakat Palestina semakin nyata setelah isu gencatan senjata di Gaza menggema ke berbagai penjuru dunia. Harapan untuk tidur tanpa diiringi suara bom tampaknya akan segera terwujud setelah sekian lama, menyusul lebih dari 460 hari agresi militer Israel yang menghancurkan Gaza dan menewaskan sekitar 46 ribu warganya. Banyak negara mendukung dan mengharapkan perdamaian antara Israel dan Palestina. Dalam menghadapi konflik, Islam selalu mengedepankan jalan perdamaian, termasuk dalam kasus genosida di Gaza. Lantas, bagaimana sebenarnya pandangan Islam tentang perdamaian?

Gencatan Senjata: Harapan Baru atau Sekadar Ilusi?

Gencatan senjata resmi diumumkan setelah Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir memainkan peran penting dalam perundingan mediasi antara Israel dan Hamas. Meski demikian, keputusan ini tidak lepas dari berbagai drama penundaan dari Kabinet Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Awalnya, Netanyahu berencana menunda pemungutan suara terkait kesepakatan gencatan senjata Gaza yang dijadwalkan pada Kamis. Namun, akhirnya ia memerintahkan kabinet politik-keamanan untuk hadir dalam sidang yang berlangsung pada Jumat.

Kesepakatan ini akhirnya diumumkan secara resmi pada Ahad, 19 Januari 2025. Sebelumnya, Perdana Menteri Qatar, Syekh Muhammad bin Abdurrahman Al-Thani, dalam konferensi pers di Doha pada Rabu, 15 Januari, menyatakan bahwa perundingan telah mencapai titik kesepakatan. Perwakilan dari Israel, Hamas Palestina, Amerika Serikat, dan Qatar menandatangani kesepakatan tersebut dalam konferensi pers tersebut.

Baca Juga  Hari Santri, Refleksi Peran Santri dalam Sejarah dan Masa Kini

Bagi warga Gaza, perdamaian adalah harapan terbesar. Sejak awal, Hamas telah berkomitmen untuk mendukung gencatan senjata demi mengurangi penderitaan rakyat Palestina.

Islam dan Perdamaian: Prinsip yang Tak Terbantahkan

Mayoritas warga Gaza yang beragama Islam selalu merujuk pada Al-Qur’an dan hadis dalam menyikapi konflik. Perdamaian adalah ajaran utama Islam, sebagaimana tertuang dalam firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 224:

وَلَا تَجْعَلُوا۟ ٱللَّهَ عُرْضَةً لِّأَيْمَٰنِكُمْ أَن تَبَرُّوا۟ وَتَتَّقُوا۟ وَتُصْلِحُوا۟ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa, dan menciptakan kedamaian di antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Sebagai agama yang sempurna, Islam mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk dalam hal perdamaian. Perdamaian adalah proses penyesuaian yang adil, di mana pihak-pihak yang bertikai dapat menyelesaikan konflik tanpa merugikan satu sama lain, sehingga tercipta suasana yang harmonis dan kondusif. Islam tidak hanya menyerukan perdamaian ketika kondisi kacau, tetapi juga saat keadaan sudah rukun, agar perdamaian tetap terjaga.

Konflik Gaza: Jalan Panjang Menuju Kedamaian

Konflik berkepanjangan antara Gaza dan Israel telah berlangsung selama bertahun-tahun tanpa titik terang. Hamas Palestina terus berupaya mencapai perdamaian, karena konflik ini hanya membawa kemudaratan: jatuhnya korban jiwa, kehancuran infrastruktur, kelaparan, dan penderitaan yang tak berkesudahan. Islam mengajarkan bahwa umat Muslim harus senantiasa bertakwa dan menciptakan kedamaian. Dalam perang, kemenangan sering kali berpihak pada yang lebih kuat, bukan yang lebih benar. Oleh sebab itu, segala upaya untuk meredam konflik harus terus diusahakan.

Israel menyandera ratusan, bahkan ribuan warga Palestina, begitu pula Hamas Palestina yang juga menyandera warga Israel. Jika situasi ini terus berlanjut, maka tidak akan ada solusi terbaik bagi kedua belah pihak. Oleh karena itu, mediasi yang paling tepat adalah melalui gencatan senjata. Gencatan senjata ini adalah langkah awal menuju perdamaian yang lebih luas.

Perdamaian sejati bukan hanya sekadar tidak adanya perang, tetapi juga kondisi yang bebas dari permusuhan, kebencian, dendam, dan segala bentuk tindakan yang menyulitkan orang lain. Nabi Muhammad SAW sebagai rahmatan lil ‘alamin menggambarkan bahwa Muslim yang ideal adalah mereka yang membawa kedamaian melalui sikap dan tutur katanya. Dalam sebuah hadis, Nabi ditanya oleh Abu Musa tentang Islam yang paling utama, lalu beliau menjawab:

المسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ , و المهاجِرَ مَنْ هَجَرَ مَا نهَى اللهُ عَنْهُ

“Muslim sejati adalah orang yang menjaga lisan dan tangannya agar tidak menyakiti Muslim lainnya. Dan orang yang berhijrah adalah mereka yang meninggalkan segala hal yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40)

Mampukah Gencatan Senjata Mewujudkan Perdamaian Hakiki?

Gencatan senjata di Gaza, meski hanya sebuah langkah awal, harus menjadi momentum untuk membangun dialog yang lebih mendalam, mengakhiri konflik berkepanjangan, dan menghadirkan keadilan bagi mereka yang tertindas. Dunia memikul tanggung jawab bersama untuk mewujudkan perdamaian yang hakiki, sebagaimana yang diajarkan dalam Islam dan nilai-nilai kemanusiaan.

Namun, akankah keputusan ini benar-benar menjadi titik terang untuk mewujudkan perdamaian yang adil bagi semua pihak? Ataukah ini hanya ilusi belaka, mengingat sulitnya proses mediasi dan kabar yang menyebutkan bahwa Israel tetap melakukan serangan terhadap warga Gaza setelah pengumuman gencatan senjata?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *