oleh

Ternyata Makna Idul Fitri Bukan “Kemenangan”, Lantas Apa?

LENSAISH.COM – Idul Fitri tahun ini tidak jauh berbeda dari tahun kemarin, silaturahmi dilakukan tanpa adanya sentuhan ataupun pelukan antar manusia.

Meminta maaf dan bertegur sapa kepada sanak saudara dilakukan secara virtual.

Bagaimana kita memaknai Idul Fitri tahun ini di tengah pandemi Covid-19?

Berkaitan dengan euforia perayaan Idul Fitri yang tahun ini masih dilarang, mari menyimak pendapat Prof. Dr. M. Quraish Shihab yang menjelaskan bahwa makna idul fitri bukan kemenangan. ”Kemenangan dari apa?” tanya Beliau.

Jika Idul Fitri dimaknai sebagai kemenangan yang menjadi media manusia untuk melakukan berbagai tindakan yang berlebihan seperti, makan berlebihan, belanja berlebihan, mengeluarkan uang tanpa perhitungan, dan berbagai tindakan berlebihan lainnya.

Baca Juga  Ciptakan Loyalitas Konsumen, Harish Ashfa: Kunci Branding adalah Konsistensi Promosi

jika ini yang terjadi maka makna kemenangan tentu kurang tepat.

Baca juga:

Menurut Beliau, makna Idul Fitri yang pas itu adalah kembali suci. Makna ini menunjukkan bahwa Idul Fitri merupakan bagian penting dari proses manusia yang telah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Puasa sebulan seharusnya mampu menjadikan manusia kembali suci, yaitu manusia yang telah terhapus dosa-dosanya.

Satu hal menarik yang beliau sampaikan, ”Janganlah seperti mengurai benang yang ditenun satu persatu dengan pelan-pelan. Puasa ramadhan sebulan diibaratkan perempuan yang membuat kain tenun.”

“Dirajutnya sabar, tawakal, kesederhanaan, kedisiplin, kejujuran, dan berbagai nilai positif lainnya. Semua tenunan akan terurai satu demi satu dengan hilangnya sabar, tawakal, kesederhanaan, kedisiplinan, dan sebagainya pada saat Idul Fitri”.

Baca Juga  Tanggapan Epidemiolog Soal Peniadaan Mudik dan Pembukaan Tempat Wisata

Silaturahmi, takbir keliling, mudik, dan mengunjungi rumah sanak saudara hanyalah bagian dari ekspresi kegembiraan, bukan serta merta wujud dari rasa syukur.

Banyak orang suka keramaian, seperti mengekspresikan sebuah perayaan keagamaan dengan penuh emosional. Namun, dilarangnya takbir massal melalui festival budaya dan emosional keagamaan seperti mengandung makna tersirat bahwa Tuhan masih ingin disapa dengan penuh keheningan.

Baca juga:

Idul Fitri adalah momen perayaan kemenangan batin setelah berpuasa sebulan penuh. Kemenangan sejatinya bertempat di hati, tidak hanya di permukaan ekspresi sosial.

Euforia umat Muslim dalam mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid biasanya digelar di ruang-ruang publik. Sedangkan Idul fitri kali ini, hanya bisa dilakukan di musholla komplek dengan orang-orang terbatas.

Baca Juga  Tingkatkan Skill dengan 5 Situs Kursus Online, Cocok bagi Mahasiswa

Dalam hal ini masyarakat tak pernah jeda menunaikan ibadah dan memanjatkan do’a dengan harapan anugerah serta rahmat Allah SWT dapat segera mengangkat wabah virus covid-19.

Titik inilah manusia harusnya menyadari bahwa ia hanyalah mahluk yang penuh kelemahan sedangkan semua kuasa hanya milik Tuhan yang Maha Perkasa.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *